21.12.11

Sahabat Nabi : Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu, Khalifah Pertama Kaum Muslimin

Nama Lengkap dan Nasab

Nama lengkapnya adalah 'Abdullah ibn 'Utsman ibn Amir ibn 'Amru ibn Ka'ab ibn Sa'ad ibn Taim ibn Murrah ibn Ka'ab ibn Lu'ay ibn Ghalib ibn Fihr al-Quraishy at-Tamimi. Bertemu nasabnya dengai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada kakeknya Murrah ibn Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibu dari Abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr ibn Amir ibn Ka'ab ibn Sa'ad ibn Taim, yang ketika meninggal dunia telah menjadi seorang wanita Muslimah. Berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah Bani Taim suku Quraisy. Abu Bakar ash-Shiddiq, lahir pada 573 M di Makkah, usianya dua tahun lebih muda dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Nama pada zaman Jahiliyah adalah 'Abdul Ka'bah artinya 'hamba Ka'bah', yang kemudian setelah masuk Islam diubah oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi 'Abdullah artinya 'hamba Allah'. Panggilan Abu Bakar ash-Shiddiq sebenarnya adalah sebagai gelar saja. "Abu" artinya bapak, "Bakar" artinya dengan segera (beliau dinamai demikian karena beliau masuk Islam dengan segera, mendahului yang lain).
Kemudian "ash-Shiddiq" artinya yang amat membenarkan. Karena beliau amat membenarkan berbagai pengalaman dan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, terutama peristiwa Isra' Mi'raj.

Dari Hakim ibn Sa'ad, dia berkata, "Aku telah mendengar 'Ali bersumpah dengan nama Allah bahwa Dia menurunkan dari langit nama ash-Shiddiq untuk Abu Bakar." (al-Haitsami berkata, "Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani dengan para perawi yang tsiqah." Lihat kitab al-Majma' [9/41]).

Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu termasuk dalam golongan al-'Asyarah al-Mubasysyiriina bil Jannah atau 10 orang yang telah mendapat "busyra bil-jannah" (berita gembira sebagai penghuni surga), sebagaimana dinyatakan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim di dalam al-Mustadrak.

Ciri-ciri Fisik Abu Bakar ash-Shiddiq

Diriwayatkan dari Mu'awiyah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Aku bersama ayahku berkunjung ke rumah Abu Bakar ash-Shiddiq. Lalu aku melihat Asma' berdiri di hadapan beliau, sedangkan rambut Abu Bakar sudah putih semua. Aku benar-benar melihat Abu Bakar sebagai seorang yang telah beruban dan berperawakan kurus. Dia menaikanku dan ayahku ke atas dua ekor kuda. Kemudian kami pamit kepadanya, dan diapun mempersilakan kami untuk pergi." (al-Haitsami berkata, "Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani dengan para perawi yang biasa meriwayatkan di dalam kitab ash-Shahih." Lihat al-Majma' [9/41]).

Putra-putri Abu Bakar ash-Shiddiq

Di antara putra-putri Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu adalah 'Abdullah dan Asma' yang mendapatkan julukan Dzatun-Nithaqain. Ibu dari kedua anak ini adalah Qutailah. Anak Abu Bakar yang lainnya adalah 'Abdurrahman dan 'Aisyah, keduanya berasal dari ibu yang bernama Ummu Ruman. Kemudian anak beliau yang lain lagi adalah Muhammad. Ibu anak ini bernama Asma' binti Umais.

Anak Abu Bakar lainnya adalah Ummu Kultsum. Ibu dari putrinya yang satu ini adalah Habibah binti Kharijah ibn Zaid. Ceritanya, ketika Abu Bakar ash-Shiddiq hijrah ke Madinah, beliau singgah di rumah Kharijah. Lalu beliau menikah dengan putrinya yang bernama Habibah tersebut.

Mengenai 'Abdullah, dia sempat ikut serta pada perang Tha'if. Sedangkan Asma', dia dinikahi oleh az-Zubair ibn al-Awwam dan sempat melahirkan beberapa putra. Namun kemudian az-Zubair menceraikannya. Dia terus hidup bersama putranya yang bernama 'Abdullah sampai akhirnya putranya tersebut terbunuh. Asma' sendiri meninggal dalam usia 100 tahun.

Adapun 'Abdurrahman, dia sempat ikut perang Badar bersama-sama orang musyrik. Namun kemudian dia memeluk agama Islam. Berbeda lagi dengan Muhammad, dia termasuk ahli ibadah dari kalangan orang-orang Quraisy. Dia memberikan pertolongan kepada 'Utsman ibn 'Affan radhiyallahu 'anhu pada hari kekhalifahannya dikudeta. Pada masa kekhalifahan 'Ali ibn Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, dia diangkat sebagai penguasa di Mesir. Ketika terjadi perselisihan antara Khalifah 'Ali dengan Mu'awiyah, dia terbunuh di negeri tersebut. Sedangkan Ummi Kultsum, dia dinikahi oleh Thalhah ibn Ubaidillah radhiyallahu 'anhu.

KeIslaman Abu Bakar ash-Shiddiq

Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu adalah salah satu Sahabat yang paling awal memeluk Islam, sehingga beliau termasuk ke dalam golongan "as-Sabiqun al-Awwalun".

Diriwayatkan oleh Abu Hasan al-Athrabulusi, sebagaimana disebutkan dalam al-Bidayah [3/29] 'dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, "Sejak zaman Jahiliyah, Abu Bakar adalah kawan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Pada suatu hari, dia hendak menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika bertemu dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dia berkata, 'Wahai Abul Qosim (panggilan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam), ada apa denganmu, sehingga engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan orang-orang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan lain-lain lagi?' Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Sesungguhnya aku adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan aku mengajak kamu kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala." Setelah selesai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berbicara, Abu Bakar pun langsung masuk Islam. Melihat keIslamannya itu beliau gembira sekali, tidak ada seorangpun yang ada di antara kedua gunung di Makkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan beliau. Kemudian Abu Bakar menemui 'Utsman ibn 'Affan, Thalhah ibn 'Ubaidillah, az-Zubair ibn al-Awwam, dan Sa'ad ibn Abi Waqqash radhiyallahu 'anhum, mengajak mereka untuk masuk Islam. Lalu, merekapun masuk Islam. Hari berikutnya Abu Bakar menemui 'Utsman ibn Mazhum, Abu Ubaidah ibn al-Jarrah, 'Abdurrahman ibn Auf, Abu Salamah ibn 'Abdul Saad, dan al-Arqam ibn Abu al-Arqam radhiyallahu 'anhum, juga mengajak mereka untuk masuk Islam."

Hassan ibn Tsabit, Ibn Abbas, Asma' binti Abu Bakar, dan Ibrahim an-Nakha'i berkata, "Orang yang pertama kali memeluk agama Islam adalah Abu Bakar."

Yusuf ibn Ya'qub ibn al-Majasyun berkata, "Aku masih sempat menjumpai kehidupan ayahku dan beberapa orang syaikh-ku. Mereka itu adalah Muhammad ibn al-Munkadir, Rabi'ah ibn Abi 'Abdirrahman, Shalih ibn Kaisan, Sa'ad ibn Ibrahim, dan 'Utsman ibn Muhammad al-Akhnasi. Mereka semua tidak meragukan bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq adalah orang yang pertama kali memeluk agama Islam."

al-Hafizh berkata, "Jumhur 'Ulama sepakat bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq adalah orang yang pertama kali memeluk agama Islam dari kalangan laki-laki dewasa." (Lihat Fathul Bari [7/207]).

Ibn Asakir meriwayatkan hadits ini dengan sanad yang baik dari Muhammad ibn Sa'ad ibn Abi Waqqash, bahwa dia berkata kepada ayahnya, "Apakah Abu Bakar ash-Shiddiq merupakan orang yang pertama kali masuk Islam di antara kalian?" Sa'ad menjawab, "Tidak, akan tetapi ada sekitar lima orang yang memeluk Islam lebih dahulu dibandingkan dia. Hanya saja dia memang orang yang kualitas Islamnya paling bagus di antara kita."

Ibn Katsir berkata, "Yang jelas, anggota keluarga Rasulullah adalah orang-orang yang memeluk Islam lebih awal dibandingkan orang lain. Mereka itu adalah istri beliau Khadijah, hamba sahaya beliau yang bernama Zaid, istri Zaid yang bernama Ummu Aiman, kemudian 'Ali dan Waraqah."

Muhammad ibn Ishaq menyebutkan bahwa dari 10 orang yang pertama kali masuk Islam, ada 5 orang yang menyatakan keIslamannya di hadapan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu. Mereka itu adalah 'Utsman ibn 'Affan, Thalhah ibn Ubaidillah, az-Zubair ibn al-Awwam, Sa'ad ibn Abi Waqqash, dan 'Abdurrahman ibn Auf radhiyallahu 'anhum. (Lihat dalam kitab Sirah Ibn Hisyam [I/250]).

Para 'Ulama ahli sejarah menyebutkan bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq ikut perang Badar bersama-sama dengan Rasulullah dan juga ikut pada peperangan yang lain. Dia tidak pernah absen dalam setiap peperangan. Pada waktu perang Uhud, tepatnya ketika orang-orang Islam sudah mulai terdesak, Abu Bakar masih setia di barisan peperangan. Abu Bakar juga telah dipercaya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk memegang panji kebesaran ummat Islam pada waktu perang Tabuk.

Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq memeluk agama Islam, dia memiliki uang sebesar 40.000 Dirham. Uang itulah yang beliau gunakan untuk memerdekakan para hamba sahaya yang disiksa tuannya karena memeluk agama Allah. Uang itu juga digunakan untuk memperkuat perjuangan kaum Muslimin. Beliau-lah orang yang pertama kali mengkodifikasikan kitab suci al-Qur'an.

Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu senantiasa menjauhkan dirinya dari segala jenis khamr (minuman keras), baik pada masa Jahiliyah maupun masa Islam. Beliau juga orang yang menjauhkan dirinya dari sesuatu yang bersifat syubhat. Pernah suatu kali beliau memuntahkan kembali makanan yang telah ditelannya karena ragu akan kehalalan makanan tersebut.

Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu adalah orang pertama yang diangkat sebagai khalifah setelah wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan waktu itu ayahandanya masih hidup. Ia juga khalifah yang pertama kali digaji oleh rakyatnya.

Imam Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, "Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, dia pun berkata, 'Kaumku telah mengetahui bahwa mata pencaharianku masih mampu mencukupi kebutuhan keluargaku. Namun aku disibukkan menangani urusan kaum Muslimin. Oleh karena itu, keluarga Abu Bakar akan makan dari harta (gaji) ini dan Abu Bakar sendiri akan menangani urusan kaum Muslimin'."

Masa Kekhalifahan

Dari Ibn 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, dia berkata: Umar ibn Khaththab telah berkata, "Di antara berita yang beredar di tengah-tengah kami pada hari wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah 'Ali dan az-Zubair berada di rumah Fathimah, sedangkan para Sahabat kalangan Anshar sedang berada di Saqifah Bani Sa'idah. Berbeda dengan para Sahabat kalangan Muhajirin yang pada waktu itu berkumpul di sekitar Abu Bakar. Maka aku (Umar) berkata kepadanya, 'Wahai Abu Bakar, mari beranjak bersama kami menuju saudara-saudara kita dari kalangan Anshar!'

Akhirnya kami semua bertolak sampai akhirnya bertemu dengan dua orang lelaki shalih. Keduanya memberitahu kami tentang apa yang sedang dikerjakan orang-orang. Keduanya berkata, 'Wahai orang-orang Muhajirin, kalian semua hendak pergi kemana?' Aku menjawab, 'Kami hendak mengunjungi saudara-saudara kami dari kalangan Anshar'. Namun keduanya malah berkata, 'Kalian tidak usah mengunjungi mereka, kerjakan saja urusan kalian!' Maka aku berkata, 'Demi Allah, kami tetap akan mengunjungi mereka.'

Kami terus bertolak sampai akhirnya tiba di tengah-tengah mereka, tepatnya di Saqifah Bani Sa'idah. Ternyata mereka semua telah berkumpul. Di hadapan mereka ada seorang laki-laki berselimut. Maka aku pun bertanya, 'Siapakah ini?' Orang-orang menjawab, 'Sa'ad ibn Ubadah'. Aku kembali berkata, 'Ada apa dengannya?' Mereka kembali menjawab, 'Dia tengah menderita sakit'.

Ketika kami duduk, tiba-tiba orator kaum Anshar berdiri sambil melafazhkan kalimat pujian kepada Allah 'Azza wa Jalla sebagai Dzat yang memang layak untuk menerima segala bentuk pujian. Dia juga berkata, 'Amma ba'du, kita semua adalah para penolong Allah sekaligus juga sebagai pasukan berkuda agama Islam. Sedangkan kalian -wahai sekalian orang-orang Muhajirin- hanyalah sekelompok orang dari kita. Sesungguhnya ada sekelompok orang dari kalian yang diam-diam hendak menyingkirkan kami dan menjauhkan kami dari sebuah urusan yang besar'."

Umar berkata, "Ketika orang itu telah diam, maka aku hendak berbicara. Sungguh aku telah mempersiapkan sebuah kalimat yang menurutku sangat bagus untuk diutarakan. Aku hendak mengutarakannya juga di hadapan Abu Bakar, sebab aku juga pernah tidak sependapat dengannya dalam beberapa hal. Namun, bagaimanapun juga, Abu Bakar adalah orang yang lebih sabar dan lebih berwibawa dibandingkan aku. Ternyata Abu Bakar berkata kepadaku, 'Bersikaplah agak pelan!' Tentu saja aku tidak suka kalau marah kepadanya. Demi Allah, ternyata Abu Bakar tidak meninggalkan beberapa konsep kalimat yang aku persiapkan. Semua ide yang ada dalam benakku telah dia lontarkan di hadapan orang-orang dengan redaksi yang sangat santun. Dia terus mengucapkan hal itu sampai akhir perkataannya.

Dalam hal ini Abu Bakar berkata, 'Amma ba'du, adapun hal-hal positif yang telah kalian utarakan, memang sudah terbukti kalian lakukan. Namun tidak ada orang Arab yang mengetahui permasalahan (kekhilafahan) ini kecuali memang berada di tangan salah seorang penghuni kampung dari kalangan suku Quraisy ini. Mereka itu adalah orang-orang yang memiliki nasab dan tempat tinggal yang paling baik. Aku ridha kalau salah seorang dari kedua orang ini menjadi pemimmpin kalian. Terserah, mana di antara keduanya yang akan kalian pilih'."

Umar berkata, "Ternyata Abu Bakar mengandeng tanganku dan tangan Abu Ubaidah ibn al-Jarrah. Sesungguhnya semua perkataan Abu Bakar yang telah dilontarkan tidak ada yang aku benci kecuali hanya yang terakhir ini. Demi Allah, hal itu sama dengan aku disuruh maju kemudian tengkukku dipenggal. Tidak ada sesuatu yang mendekatkan aku kepada sebuah dosa, kecuali dia masih lebih aku sukai daripada harus memimpin sebuah kaum sedangkan di tengah-tengah mereka masih ada Abu Bakar, kecuali apabila dia memang membujukku untuk menerima jabatan tersebut ketika dia sudah hendak meninggal dunia.

Tiba-tiba ada seseorang dari kalangan Anshar berkata, 'Aku adalah orang yang bisa dipercaya pendapatnya lagi berpengalaman. Aku juga tokoh yang cukup dihormati. (Lebih baik) di antara kita ada seorang pemimpin dan di antara kalian juga ada seorang pemimpin'. Maka, suara gaduh pun terdengar sampai aku khawatir kalau persatuan orang-orang Muslimin pecah.

Ketika itulah aku berkata, 'Julurkanlah tanganmu, wahai Abu Bakar! Karena aku akan membai'atmu sebagai khalifah'. Maka, Abu Bakar dibai'at oleh orang-orang Muhajirin yang kemudian diikuti oleh orang-orang Anshar." (HR. Imam Ahmad).

Dari Humaid ibn Hilal, dia berkata: Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, maka para Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Tetapkanlah gaji yang mencukupi untuk khalifah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Lalu sebagian yang lain berkata, "Ya, berilah dia dua helai kain beludru. Apabila kedua kain itu telah usang, maka hendaklah dia mengembalikannya dan mengambil lagi kain yang lain. Berikanlah juga fasilitas kendaraan jika dia bepergian dan sejumlah uang belanja untuk keluarganya, sebagaimana yang dia berikan sebelum diangkat sebagai khalifah." Maka Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkata, "Aku rela dengan hal itu."

Umair ibn Ishaq berkata, "Abu Bakar pernah keluar memanggul beban di atas pundaknya. Maka ada seorang lelaki berkata kepadanya, 'Biarkanlah aku yang membawa barang itu untukmu!' Abu Bakar berkata, 'Jangan memperdulikan aku, dan jangan pula memperdaya diriku! Sebab, Ibn Khaththab telah mencukupi kebutuhan keluargaku'."

Menurut para 'Ulama ahli sejarah, Abu Bakar menerima jasa memerah susu kambing untuk penduduk desa. Ketika beliau telah dibai'at menjadi khalifah, ada seorang wanita desa berkata, "Sekarang Abu Bakar tidak akan lagi memerahkan susu kambing kami." Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar sehingga dia berkata, "Tidak, bahkan aku akan tetap menerima jasa memerah susu kambing kalian. Sesungguhnya aku berharap dengan jabatan yang telah aku sandang sekarang ini sama sekali tidak merubah kebiasaanku di masa silam."

Ibn Asakir meriwayatkan keterangan dari Aniah. Dia berkata, "Abu Bakar berada di tengah-tengah kita selama setahun sebelum diangkat sebagai khalifah, dan setahun setelah beliau menjabat sebagai khalifah. Ketika itu kaum perempuan desa itu datang dengan membawa kambing mereka kepada Abu Bakar, sebab Abu Bakar menerima jasa memerahkan susu kambing."

Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, dia memerintahkan Umar untuk mengurusi urusan haji kaum Muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan haji. Sedangkan untuk ibadah umrah, beliau lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H.

Dia memasuki kota Makkah sekitar waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya. Pada waktu itu, Abu Quhafah -ayah beliau- sedang duduk di depan pintu rumahnya. Dia ditemani oleh beberapa orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu dikatakan kepada Abu Quhafah, "Ini putramu (telah datang)!" Maka, Abu Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk bersimpuh. Dia turun dari untanya ketika unta itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna sambil berkata, "Wahai ayahku, janganlah Anda berdiri!" Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan kedatangan putranya tersebut.

Setelah itu, datanglah beberapa tokoh kota Makkah seperti Attab ibn Usaid, Suhail ibn Amru, Ikrimah ibn Abi Jahal, dan al-Harits ibn Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam kepada Abu Bakar, "Assalaamu'alaika, wahai khalifah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam!" Mereka semua menjabat tangan Abu Bakar. Lalu Abu Quhafah berkata, "Wahai Atiq (julukan untuk Abu Bakar), mereka itu adalah orang-orang (yang baik). Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka!" Abu Bakar berkata, "Wahai ayahku, tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban yang sangat berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah." Lalu Abu Bakar berkata, "Apakah ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan dzalim?" Ternyata tidak ada seorang pun yang datang kepada Abu Bakar untuk melaporkan sebuah kedzaliman. Semua orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.

Kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq berlangsung selama 2 tahun 3 bulan 9 hari. Semenjak 13 Rabi'ul Awwal 11 H hingga 22 Jumadil Akhir 13 H.

Kebijakan Abu Bakar ash-Shiddiq

Memerangi Golongan yang tidak mau membayar Zakat

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau meriwayatkan: Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam wafat dan kemudian Abu Bakar radhiyallahu 'anhu diangkat sebagai khalifah sesudahnya, maka pada saat itu sebagian bangsa Arab kembali kepada kekafiran. Ketika itu Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata kepada Abu Bakar, "Bagaimana engkau akan memerangi orang-orang itu -maksudnya adalah kaum yang enggan membayar zakat- sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Aku
diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan la ilaha illallah. Barangsiapa yang telah mengucapkan la ilaha illallah maka dia telah menjaga harta dan jiwanya dariku kecuali apabila ada alasan yang benar -untuk mengambilnya-. Adapun hisabnya adalah terserah kepada Allah Ta'ala?'" Maka Abu Bakar pun mengatakan, "Demi Allah! Benar-benar aku akan memerangi orang-orang yang membeda-bedakan antara sholat dengan zakat. Karena sesungguhnya zakat itu adalah hak atas harta. Demi Allah! Seandainya mereka tidak mau menyerahkan kepadaku seikat karung (zakat) yang dahulu biasa mereka tunaikan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam niscaya aku akan memerangi mereka kalau mereka tetap berkeras tidak mau menyerahkannya." Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu 'anhu pun mengatakan, "Demi Allah! Tidaklah mungkin hal itu berani dilakukannya melainkan karena aku yakin bahwa Allah telah melapangkan dada Abu
Bakar untuk berperang. Dari situlah Aku mengetahui bahwa dia berada di atas kebenaran." (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Minnatul Mun'im fi Syarh Shahih Muslim [1/69-70], dan Syarh Muslim li an-Nawawi [2/50-51]).

Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq memerangi mereka bukan karena murtad -walaupun ada juga yang murtad di antara mereka-. Namun hal itu beliau lakukan karena mereka telah membatalkan ikatan perjanjian keselamatan yang berupa pembayaran zakat, sehingga mereka dikategorikan sebagai pemberontak (ahlul baghyi). Sebagaimana orang yang menolak kewajiban shalat berhak untuk diperangi, maka demikian pula orang yang menolak membayar zakat. Oleh sebab itu Abu Bakar mengatakan, "Sungguh, aku akan memerangi orang yang membeda-bedakan antara shalat dengan zakat. Karena sesungguhnya zakat adalah hak atas harta."

Perang Riddah

Dalam perang Riddah peperangan terbesar adalah memerangi "Ibn Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid ibn Walid radhiyallahu 'anhu. Perang Riddah (perang melawan kemurtadan) pun berjalan alot. Di bawah kepemimpinan Khalid ibn Walid, akhirnya perang dapat diakhiri dengan kemenangan di tangan pemerintahan Abu Bakar ash-Shiddiq. Namun akibat yang muncul adalah tewasnya banyak di antara Sahabat yang hafal al-Qur'an (Qori) karena keikutsertaan mereka dalam perang tersebut. Mereka adalah penghafal bagian-bagian al-Qur'an.

Pembukuan al-Qur'an

Pada tahun 12 H., Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu memerintahkan Zaid ibn Tsabit radhiyallahu 'anhu agar mengumpulkan al-Qur'an dari berbagai tempat penulisan, baik yang ditulis di kulit-kulit, dedaunan, maupun dari hafalan yang tersimpan dalam dada kaum Muslimin. Peristiwa itu terjadi setelah para Qari penghafal al-Qur'an banyak yang terbunuh dalam peperangan Yamamah.

Zaid ibn Tsabit radhiyallahu 'anhu pernah berkata, "Abu Bakar mengirim surat kepadaku tentang orang-orang yang terbunuh di perang Yamamah. Pada saat aku mendatanginya, aku melihat Umar ibn Khaththab berada di sampingnya. Abu bakar lalu berkata, 'Umar mendatangiku dan berkata, 'Sesungguhnya banyak Qari penghafal al-Qur'an yang telah gugur dalam peperangan Yamamah. Aku takut jika para Qari yang masih hidup, lalu di kemudian hari terbunuh dalam peperangan, akan mengakibatkan hilangnya sebagaian besar dari ayat al-Qur'an. Menurut pendapatku, engkau harus menginstruksikan agar segera mengumpulkan dan membukukan al-Qur'an.' Aku (Abu Bakar) bertanya kepada Umar, 'Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah?' Umar menjawab, 'Demi Allah, ini adalah kebaikan!'" Dan Umar terus menuntut Abu Bakar hingga Allah melapangkan dadanya untuk segera melaksanakannya, akhirnya Abu Bakar pun setuju dengan pendapat Umar.

Zaid ibn Tsabit radhiyallahu 'anhu berkata, "Kemudian Abu Bakar berkata kepadaku, 'Engkau adalah seorang pemuda yang jenius, berakal, dan penuh amanah. Selain itu, engkau pun telah terbiasa menulis wahyu untuk Rasulullah, maka carilah seluruh ayat al-Qur'an yang berserakan dan kumpulkanlah.'"

Lalu, Zaid berkata pada dirinya sendiri, "Demi Allah, jika mereka memerintahkan aku untuk memikul gunung, tentulah lebih ringan bagiku daripada melaksanakan perintah Abu Bakar untuk mengumpulkan al-Qur'an." Kemudian Zaid ibn Tsabit pun mulai mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur'an yang tertulis di daun-daunan, kulit, maupun dari hafalan para penghafal al-Qur'an.

Ekspansi Islam

Kebijakan lain yang dijalankan Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq adalah melakukan ekspansi/perluasan wilayah Islam. Ada dua ekspansi yang dilakukan Abu Bakar ash-Shiddiq, yaitu :
1. Ekspansi ke wilayah Persia di bawah pimpinan Khalid ibn Walid. Dalam ekspansi ini (tahun 634 M), pasukan Islam dapat menguasai dan menaklukkan Hirah, sebuah kerajaan Arab yang loyal kepada Kisra di Persia. Daerah ini merupakan penyebaran bangsa Arab dari selatan, namun mereka dijadikan pintu masuk penyebaran islam ke wilayah belahan timur dan utara.
2. Ekspansi ke Romawi di bawah empat panglima perang, yaitu Ubaidah ibn al-Jarrah, 'Amr ibn al-'Ash, Yazid ibn Sufyan dan Syurahbil. Ekspansi ke wilayah Romawi yakni kerajaan Ghassaniyah, yang merupakan daerah protektorat Romawi dan menjadi benteng pertahanan dari serbuan Persia.

Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq

Pembela Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

al-Bazzar meriwayatkan dari Muhammad ibn 'Ali, dari ayahnya bahwa dia telah berkhutbah sebagai berikut, "Siapakah orang yang
paling berani?" Orang-orang
menjawab, "Engkau, wahai Amirul Mu'minin." 'Ali -yang tidak lain ayah Muhammad- berkata, "Kalau aku, maka tidak pernah berduel dengan seorang pun kecuali aku yang akan jadi pemenangnya. Akan tetapi orang yang paling pemberani adalah Abu Bakar. Aku pernah menyaksikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah dianiaya oleh orang-orang kafir Quraisy. Beberapa orang telah menyakiti dan menzhalimi beliau. Orang-orang Quraisy berkata kepada Rasulullah, "Apakah kamu akan menggantikan beberapa Tuhan yang ada hanya menjadi satu Tuhan saja?' Demi Allah, tidak ada seorang pun di antara kita yang menerima ajakan beliau (untuk memeluk Islam) kecuali hanya Abu Bakar. Tetapi, tetap saja ada orang yang berusaha menyakiti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Maka Abu Bakar berkata, "Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki yang berkata, 'Tuhanku adalah Allah?'" 'Kemudian 'Ali menangis sambil berkata, "Aku bersumpah dengan nama Allah di hadapan kalian, apakah orang Mu'min pada masa Fir'aun lebih utama dibandingkan dengan Abu Bakar?" Maka semua orang terdiam. 'Ali kembali berkata, "Demi Allah, itulah waktu paling baik yang dimiliki oleh Abu Bakar. Orang Mu'min pada masa Fir'aun adalah orang yang menyembunyikan keimanannya. Sedangkan lelaki ini (Abu Bakar) adalah orang yang mengumumkan keimanannya."

Khusyu' dalam Shalat

Adapun kekhusyukan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu serta tangisan beliau di dalam shalat, benar-benar berpengaruh besar kepada orang-orang di sekelilingnya. Hal ini menyebabkan orang-orang Quraisy yang menguasai Makkah pada waktu itu mengajukan sejumlah syarat kepada beliau ketika beliau menunaikan shalat.

Akhirnya kaum kafir Quraisy menemui Ibn ad-Daghinah yang saat itu memberikan jaminan keamanan kepada Abu Bakar ash-Shiddiq. Mereka berkata kepadanya, "Wahai Ibn ad-Daghinah, suruhlah Abu Bakar untuk beribadah kepada Rabb-nya di rumahnya, hendaklah dia shalat dan membaca apa yang dia kehendaki dan janganlah dia menyakiti kami. Sesungguhnya kami khawatir perkara itu menjadi fitnah bagi anak dan istri kami."

Ibn ad-Daghinah pun mengatakan hal itu kepada Abu Bakar, sehingga beliau mulai beribadah kepada Allah di rumahnya, dengan tidak mengeraskan shalatnya begitupun dengan bacaannya.

Kemudian Abu Bakar ash-Shiddiq mulai membangun sebuah masjid di halaman rumahnya, beliau shalat dan membaca al-Qur'an di masjid itu. Pada saat itu, berkumpullah istri-istri dari kalangan orang musyrik dan anak-anak mereka, mereka begitu kagum akan shalat yang didirikan Abu Bakar dengan terus memperhatikannya. Abu Bakar adalah seorang laki-laki yang sering menangis, beliau tidak bisa menahan air matanya ketika membaca al-Qur'an (Kisah ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Ibn Hiban).

Sahl ibn Sa'ad berkata, "Abu Bakar radhiyallahu 'anhu tidak pernah melirik ketika dalam shalat." (Fadha'il ash-Shahabah [I/208], Imam Ahmad).

Mujahis menuturkan, "Keadaan Ibn az-Zubair ketika dia berdiri menunaikan shalat, seperti sebuah kayu yang kokoh (tidak bergerak)." Dikisahkan pula bahwa Abu Bakar pun seperti itu ketika shalat. Abdurrazaq berkata, "Penduduk Makkah menuturkan bahwa Ibn az-Zubair mencontoh shalat dari Abu Bakar, dan Abu Bakar mencontohnya dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam." (Fadha'il ash-Shahabah [I/208], Imam Ahmad).

Sifat Dermawan

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Umar ibn Khaththab, dia berkata: Rasulullah menyuruh kami untuk mengeluarkan sedekah. Kebetulan saat itu aku sedang memiliki harta. Lalu aku katakan, "Hari ini aku akan mengalahkan Abu Bakar dimana aku tidak pernah mengalahkan Abu Bakar sebelum ini. Aku datang kepada Rasulullah untuk menginfakkan sebagian dari harta milikku. Rasulullah bertanya kepadaku, "Lalu apa yang kamu sisakan untuk keluargamu?" Aku katakan kepada Rasulullah bahwa aku meninggalkan (untuk keluargaku) seperti apa yang aku infakkan (masih tersisa setengah harta untuk keluargaku) Kemudian Abu Bakar datang kepada Rasulullah dengan menginfakkan seluruh hartanya.

Rasulullah menanyakan padanya, "Lalu apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?" Abu Bakar menjawab, "Aku menyisakan untuk mereka Allah dan Rasulullah." Aku (Umar) berkata setelah itu bahwa aku tidak mungkin untuk mengalahkannya dalam segala hal untuk selamanya." (Hadits ini berkualitas shahih dan diriwayatkan oleh Abu Daud [1678] dari riwayat Ahmad ibn Shalih dan 'Utsman ibn Abi Syaibah. Tirmidzi juga menyebutkan hadits ini di dalam kitab al-Manaqib [3675] dari Harun ibn 'Abdillah. Ketiga perawi hadits ini mendapatkan riwayat hadits ini dari Abu Nu'aim al-Fadhl ibn Dakin, dari Hisyam ibn Sa'ad. Sedangkan Tirmidzi sendiri telah berkata, "Hadits ini berkualitas hasan shahih).

Do'a Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Abu Bakar ash-Shiddiq

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendo'akan Abu Bakar ash-Shiddiq ketika dalam perjalanan hijrah ke Madinah.

Dari Anas radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Pada waktu malam di dalam gua, Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, biarkanlah aku yang masuk terlebih dahulu sebelum Anda. Jika memang ada seekor ular atau hewan penyengat yang lain, maka dia akan menyengatku terlebih dahulu sebelum menyengat Anda. Rasulullah bersabda, "Kalau begitu masuklah!" Maka, Abu Bakar masuk sambil menutup setiap lubang yang dilihatnya. Dia menutup lubang-lubang itu dengan sobekan pakaiannya. Abu Bakar terus melakukan hal itu sampai dia menyobek seluruh bajunya.

Anas berkata, "Namun ternyata masih ada satu lubang yang tersisa. Maka, Abu Bakar menyumbat lubang itu dengan tumitnya. Barulah setelah itu Abu Bakar mempersilahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk masuk. Pada keesokan harinya, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya, 'Dimana bajumu wahai Abu Bakar?' Abu Bakar memberituhukan apa yang telah dia perbuat semalam. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya sembari berdo'a, 'Ya Allah, jadikanlah Abu Bakar berada di derajatku pada hari kiamat nanti'. Lalu Allah 'Azza wa Jalla memberikan wahyu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Sesungguhnya Allah Ta'ala akan mengabulkan permohonanmu itu'."

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah mendo'akan Abu Bakar ash-Shiddiq agar bisa masuk surga dari semua pintunya.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan di dalam Shahih mereka berdua hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang menginfakkan sepasang hartanya di jalan Allah maka dia akan dipanggil -oleh Malaikat- dari pintu-pintu surga, 'Wahai hamba Allah! Inilah kebaikan -yang akan kamu peroleh-.' Barangsiapa yang tergolong ahli shalat, maka dia akan dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa yang tergolong ahli jihad, maka dia akan dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa yang tergolong ahli sedekah, maka dia akan dipanggil dari pintu sedekah. Barangsiapa yang tergolong ahli puasa, maka dia akan dipanggil dari pintu ar-Rayyan." Abu Bakar ash-Shiddiq berkata, "Wahai Rasulullah, bahaya apa lagi yang perlu dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu. Lantas, apakah ada orang yang dipanggil dari ke semua pintu itu". Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Ada. Dan aku berharap semoga kamu termasuk di dalamnya." (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di beberapa tempat; Kitab ash-Shaum [hadits no. 1897]; Kitab al-Jihad wa as-Siyar [hadits no. 2841]; Kitab Bad'u al-Khalq [hadits no. 3216], [4] Kitab Fadha'il ash-Shahabah [hadits no. 3666], dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim di Kitab az-Zakah [hadits no. 1027], lihat Fathul Bari [4/132] dan Syarh Shahih Muslim [4/351]).

Hadits ini menunjukkan keutamaan yang ada pada diri Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan tentang beliau, "Aku berharap semoga kamu termasuk di dalamnya." Yaitu golongan orang-orang yang dipanggil dari semua pintu surga. Hal itu karena harapan dari Allah atau Nabi-Nya pasti terjadi, sebagaimana yang diterangkan oleh para 'Ulama. (lihat Fathul Bari [7/31] dan Syarh Shahih Muslim [4/353]).

Di antara keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq yang lainnya adalah sebagaimana yang telah dikatakan oleh al-Hakim sebagai berikut, "Julukan yang pertama kali muncul dalam Islam adalah julukan yang diberikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu. Beliau dijuluki dengan sebutan 'Atiq (orang yang terbebas dari api neraka)."

Paling 'Alim di antara para Sahabat

Hal itu sebagaimana tergambar dengan jelas dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, Suatu saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk berceramah di atas mimbar. Beliau mengatakan, "Seorang hamba yang telah diberikan pilihan oleh Allah untuk mendapatkan segala perhiasan dunia ataukah apa yang ada di sisi-Nya. Maka hamba tersebut lebih memilih apa yang ada di sisi-Nya." Abu Bakar pun menangis dan menangis. Lalu dia berkata, "Kami rela untuk menebus anda dengan bapak-bapak dan anak-anak kami (ya Rasulullah)." Dia (Abu Bakar) berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam itulah hamba yang diberi pilihan tersebut." Ternyata Abu Bakar adalah orang yang paling berilmu di antara kami tentangnya..." (HR. Bukhari di beberapa tempat; Kitab ash-Shalah [hadits no. 466]; Kitab Fadha'il ash-Shahabah [hadits no. 3654], Kitab Manaqib al-Anshar [hadits no. 3904] dan Muslim di Kitab Fadha'il ash-Shahabah [hadits no. 2382], lihat Syarh Shahih Muslim [8/7]).

Masa Sakit dan Wafat

Dari Ibn Hisyam, bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq dan al-Harits ibn Kaladah pernah memakan makanan yang bernama harirah, yang dihadiahkan kepada Abu Bakar. Lalu al-Harits berkata kepada Abu Bakar, "Angkatlah (tanganmu), wahai khalifah Rasulullah! Demi Allah, sesungguhnya dalam makanan itu terdapat racun. Aku dan dirimu akan mati pada hari yang sama." Lalu Abu Bakar mengangkat tangannya (untuk menyudahi makannya). Ternyata, keduanya sama-sama jatuh sakit sampai akhirnya meninggal dunia (pada hari yang sama pula), tepatnya di penghujung tahun." (Kualitas sanad hadits ini shahih. Hadits ini diriwayatkan oleh al-Hakim (III/64) dari Ibn Syihab, juga dengan kualitas sanad yang shahih. Bahkan, al-Hafizh as-Suyuthi juga mengakui keshahihannya. Diriwayatkan juga oleh Ibn Sa'ad di dalam kitab Thabaqatnya dengan kualitas sanad yang shahih).

Dari 'Abdurrahman ibn 'Abdillah ibn Sabith, dia berkata: Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq mengalami sakaratul maut, maka dia memanggil Umar. Lalu Abu Bakar berkata, "Bertakwalah kamu kepada Allah, wahai Umar! Ketahuilah, sesungguhnya Allah memiliki sebuah amalan yang dikerjakan pada siang hari sehingga tidak akan diterima apabila dikerjakan pada malam hari. Begitu juga sebaliknya, Allah memiliki amalan yang dikerjakan pada malam hari sehingga tidak akan diterima apabila dikerjakan pada siang hari. Allah tidak akan menerima amalan sunnah sampai kefardhuan-Nya ditunaikan terlebih dahulu. Bobot neraca seseorang akan berat pada hari kiamat hanya dengan cara mengikuti hal-hal yang benar ketika di dunia. Sesuatu yang benar akan menjadi berat apabila diletakkan di atas neraca timbangan amal. Namun bobot neraca akan ringan apabila ditumpuki kabathilan.

Sesungguhnya Allah Ta'ala mengingat para penghuni surga melalui amal baik mereka dan upaya mereka menjauhi keburukan. Jika aku mengingat para ahli surga, maka aku sangat khawatir kalau tidak termasuk dalam golongan mereka. Sesungguhnya Allah juga akan mengingat penduduk neraka melalui amal perbuatan buruk mereka. Jika aku telah mengingat para penghuni neraka, maka sesungguhnya aku berharap tidak termasuk golongan mereka. Hendaklah seorang senantiasa merasa harap cemas. Janganlah dia hanya berangan-angan mengenai Allah (tanpa beramal apapun). Hendaklah dia juga tidak putus asa terhadap rahmat Allah. Jika kamu memelihara wasiatku ini, maka tidak ada sebuah perkara ghaib yang paling kamu sukai melebihi kematian. Sebab, dia pasti akan mendatangimu. Jika kamu sampai menyia-nyiakan wasiatku, maka tidak ada perkara ghaib yang paling kamu benci melebihi kematian, dan kamu tidak akan bisa mengelak darinya." ('Abdurrahman ibn 'Abdillah ibn Sabith adalah seorang perawi yang tsiqah. Dia menilai hadits tersebut mursal dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh al-Hafizh di dalam kitab at-Tahdzib [3/364]).

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata: Ketika Abu Bakar jatuh sakit yang akhirnya menyebabkannya meninggal dunia, maka dia berkata, "Periksalah harta milikku, apa yang masih lebih semenjak aku menjabat sebagai khalifah! Kalau memang ada hartaku yang lebih, maka kirimkanlah kepada khalifah yang akan menjabat setelah aku!" Maka kami memeriksa harta miliknya. Ternyata kami menemukan seorang hamba yang biasa mengasuh anaknya dan seekor hewan tunggangan yang dipergunakan untuk menyiram kebunnya. Maka kami menyerahkan kedua harta itu kepada Umar.

'Aisyah berkata, "Aku diberi kabar oleh kakekku bahwa Umar menangis (ketika menerima harta tersebut). Lalu Umar berkata, 'Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Abu Bakar. Dia telah memberikan contoh yang sangat sulit bagi para penggantinya'."

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata: Ketika sedang mengalami sakaratul maut, Abu Bakar duduk sambil mengucapkan kalimat syahadat. Kemudian dia berkata, "Amma ba'du, wahai putriku, sesungguhnya orang yang paling aku sukai kekayaannya sepeninggalku adalah dirimu. Sesungguhnya orang yag paling mulia kefakirannya sepeninggalku adalah dirimu. Aku telah meninggalkan untukmu buah kurma sebanyak dua puluh wasaq. Demi Allah, aku ingin kamu mengumpulkannya! Sesungguhnya harta itu juga menjadi milik dua saudara laki-laki dan dua orang saudara perempuanmu."

'Aisyah berkata, "Aku berkata, 'Ini memang dua saudara laki-lakiku. Lalu, siapakah saudara perempuanku (selain Asma')?' Abu Bakar menjawab, 'Anak yang ada di dalam kandungan Habibah binti Kharijah, karena aku menduganya akan terlahir sebagai anak perempuan'."

Di dalam sebuah riwayat disebutkan dengan menggunakan redaksi, "Telah terlintas dalam hatiku bahwa anak itu akan terlahir sebagai anak perempuan." Lalu terbukti lahirlah anak perempuan, yakni Ummu Kultsum. (Hadits diriwayatkan oleh Imam Malik).

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata: Ketika sakit Abu Bakar semakin parah, maka dia berkata, "Ini hari apa?" Kami menjawab, "Hari Senin." Abu Bakar berkata lagi, "Sesungguhnya aku berharap aku meninggal dunia maksimal pada malam ini."

'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata, "Di atas tubuh Abu Bakar ada pakaian yang terdapat bekas parfum dari bahan misik. Maka Abu Bakar berkata, 'Jika aku meninggal dunia nanti, basuhlah pakaianku ini kemudian gabung dengan dua kain baru yang lain. Kafanilah tubuhku dengan ketiga kain tersebut!' Maka kami berkata, 'Apakah tidak lebih baik kita menyediakan tiga lembar kain yang baru semua?' Abu Bakar menjawab, 'Tidak, karena pakaian yang lama akan terkena nanah yang mengalir di badan (kalau jenazahku sudah dimakamkan nanti)'. Ternyata Abu Bakar meninggal pada malam Selasa." (Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari).

Menurut para 'Ulama ahli sejarah, Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu meninggal dunia pada malam Selasa, tepatnya antara waktu Maghrib dan Isya' pada tanggal 8 Jumadil Akhir 13 H. Usia beliau ketika meninggal dunia adalah 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma' binti Umais, istri beliau. Maka, Asma' memandikan jenazahnya kemudian dikebumikan di samping makam Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang berada di kamar 'Aisyah (sekarang lokasinya di areal Masjid Nabawi, Madinah). Umar ibn al-Khaththab menshalati jenazahnya di antara makam Nabi dan mimbar. Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama 'Abdurrahman, Umar ibn al-Khaththab, 'Utsman ibn 'Affan, dan Thalhah ibn Ubaidillah. Semasa hidupnya, Abu Bakar ash-Shiddiq telah meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak 142 hadits (yang dimasukkan dalam Bukhari, 22).

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala meridhai Abu Bakar ash-Shiddiq dan menempatkan beliau pada kedudukan yang tinggi di sisi Rabb-Nya. Amiin.



FeedCount

Cari artikel di blog ini

Loading

Ikuti via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Followers

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template