18.12.11

Manhaj Salaf, Mengikuti Pemahaman para Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam

Definisi Manhaj Salaf

Manhaj Salaf, bila ditinjau dari sisi kalimat merupakan gabungan dari dua kata; Manhaj dan Salaf. Manhaj dalam bahasa Arab sama dengan Minhaj, yang bermakna: Sebuah jalan yang terang lagi mudah. (Tafsir Ibn Katsir [2/63], al-Mu'jamul Wasith [2/957]).

Allah Ta'ala berfirman, yang artinya, "Untuk tiap ummat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang..." (QS. al-Maidah: 48).

Sedang menurut istilah, Manhaj ialah kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan yang digunakan bagi setiap pelajaran-pelajaran ilmiyyah, seperti kaidah-kaidah bahasa Arab, ushul 'Aqidah, ushul Fiqh, dan ushul Tafsir dimana dengan ilmu-ilmu ini pembelajaran dalam Islam beserta pokok-pokoknya menjadi teratur dan benar. Dan Manhaj yang benar adalah jalan hidup yang lurus dan terang dalam beragama menurut pemahaman para Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Salaf berasal dari kata Salafa - Yaslufu - Salafun, artinya telah lalu. Salaf menurut etimologi bahasa Arab bermakna: Siapa saja yang telah mendahuluimu dari nenek moyang dan karib kerabat, yang mereka itu di atasmu dalam hal usia dan keutamaan. (Lisanul Arab, karya Ibn Mandhur [7/234]). Karena itu generasi pertama dari ummat ini dari kalangan para Tabi'in disebut sebagai as-Salafush-Shalih.

Sedangkan definisi Salaf menurut istilah adalah sifat yang khusus dimutlakkan untuk para Sahabat Nabi. Ketika yang disebutkan Salaf maka yang dimaksud pertama kali adalah para Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dan dalam terminologi syari'at, Salaf bermakna: Para imam terdahulu yang hidup pada tiga abad pertama Islam, dari para Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Tabi'in (murid-murid Sahabat) dan Tabi'ut Tabi'in (murid-murid Tabi'in). (Lihat Manhajul Imam asy-Syafi'i fii Itsbatil 'Aqidah, karya asy-Syaikh Dr. Muhammad ibn 'Abdul Wahhab al-'Aqil [1/55]).

Adapun selain mereka itu ikut serta dalam makna Salaf ini, yaitu orang-orang yang mengikuti mereka. Artinya, bila mereka mengikuti para Sahabat maka disebut Salafiyyin (jamak dari as-Salafi), yaitu orang-orang yang mengikuti as-Salafush-Shalih.

al-Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata: "as-Salafi adalah sebutan bagi siapa saja yang berada di atas Manhaj Salaf." (Siyar A'lamin Nubala [6/21]).

Orang-orang yang mengikuti Manhaj Salaf (Salafiyyin) biasa disebut dengan Ahlussunnah wal-Jama'ah dikarenakan berpegang teguh dengan al-Qur'an dan as-Sunnah dan bersatu di atasnya. Disebut pula dengan Ahlul Hadits wal-Atsar dikarenakan berpegang teguh dengan hadits dan atsar di saat orang-orang banyak mengedepankan akal. Disebut juga al-Firqatun Najiyyah, yaitu golongan yang Allah selamatkan dari neraka. Dan disebut juga ath-Thaifah al-Manshurah, kelompok yang senantiasa ditolong dan dimenangkan oleh Allah. (Untuk lebih rincinya lihat kitab Ahlul Hadits Humuth Thaifatul Manshurah an-Najiyyah, karya asy-Syaikh Dr. Rabi' ibn Hadi al-Madkhali).

Yang Termasuk dalam Golongan Salaf

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya: "Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (QS. at-Taubah: 100).

Sedangkan dalam sebuah hadits juga dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Salaf pertama kali adalah Sahabat. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Sebaik-baik manusia adalah pada masa-ku ini (yaitu masa para Sahabat), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi'in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi'ut Tabi'in). Demikian juga yang dikatakan oleh para 'Ulama bahwasannya yang dimaksud dengan Salaf adalah para Sahabat.

Akan tetapi pembatasan secara waktu tidaklah mutlak tepat karena kita mengetahui bahwa beberapa sekte bid'ah dan sesat sudah muncul pada masa-masa tersebut. Karena itulah keberadaan mereka pada masa-masa itu (tiga kurun yang dimuliakan) tidaklah cukup untuk menghukumi bahwa dirinya berada di atas Manhaj Salaf, selama dirinya tidak mengikuti Sahabat radhiyallahu 'anhum dalam memahami al-Qur'an dan as-Sunnah. Karena itulah 'Ulama memberi batasan as-Salafush-Shalih (pendahulu yang shalih).

Imam al-Auza'i rahimahullah, seorang Imam Ahlussunnah dari Syam berkata, "Bersabarlah dirimu di atas sunnah, tetaplah tegak sebagaimana para Sahabat tegak di atasnya. Katakanlah sebagaimana yang mereka katakan, tahanlah dirimu dari apa-apa yang mereka menahan diri darinya. Dan ikutilah jalan as-Salafush-Shalih karena akan mencukupimu apa saja yang mencukupi mereka."

Berdasarkan keterangan di atas, menjadi jelaslah bahwa kata Salaf mutlak ditujukan untuk para Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, semoga Allah Ta'ala meridhai mereka semua. Maka barangsiapa yang mengikuti mereka semua dalam agama yang haq ini, maka ia adalah generasi penerus dari sebaik-baik pendahulu yang mulia.

Dalil tentang Kewajiban untuk Mengikuti Manhaj Salaf

Adapun ayat-ayat al-Qur'an yang menjelaskan agar kita benar-benar mengikuti Manhaj Salaf adalah sebagai berikut:

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang artinya, "Kamu (ummat Islam) adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu menyuruh) berbuat yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah." (QS. Ali 'Imran: 10).

Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah dalam kitabnya Naqdul Mantiq menjelaskan: "Kaum Muslimin telah sepakat bahwa ummat ini adalah sebaik-baik ummat dan paling sempurna, dan ummat yang paling sempurna dan utama adalah generasi yang terdahulu yaitu generasi para Sahabat."

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat." (QS. al-Fathihah: 6-7).

al-Imam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata: "Mereka adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran dan berusaha untuk mengikutinya, maka setiap orang yang lebih mengetahui kebenaran serta lebih konsisten dalam mengikutinya, tentu ia lebih berhak untuk berada di atas jalan yang lurus. Dan tidak diragukan lagi bahwa para Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka adalah orang-orang yang lebih berhak untuk menyandang sifat (gelar) ini daripada orang-orang Rafidhah." (Madaarijus Saalikin [1/72]).

Penjelasan al-Imam Ibnul-Qayyim tentang ayat di atas menunjukkan bahwa para Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang mereka itu adalah as-Salafush-Shalih, merupakan orang-orang yang lebih berhak menyandang gelar "orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah" dan "orang-orang yang berada di atas jalan yang lurus", dikarenakan betapa dalamnya pengetahuan mereka tentang kebenaran dan betapa konsistennya mereka dalam mengikutinya. Gelar ini menunjukkan bahwa Manhaj yang mereka tempuh dalam memahami dienul Islam ini adalah Manhaj yang benar dan di atas jalan yang lurus, sehingga orang-orang yang berusaha mengikuti Manhaj dan jejak mereka, berarti telah menempuh Manhaj yang benar, dan berada di atas jalan yang lurus pula.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Dan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas baginya kebenaran, dan mengikuti selain jalannya orang-orang Mu'min, kami biarkan ia leluasa bergelimang dalam kesesatan dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. an-Nisa': 115).

al-Imam Ibn Abi Jamrah al-Andalusi rahimahullah berkata: "Para 'Ulama telah menjelaskan tentang makna firman Allah (di atas): Sesungguhnya yang dimaksud dengan orang-orang Mu'min di sini adalah para Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan generasi pertama dari ummat ini, karena mereka merupakan orang-orang yang menyambut syari'at ini dengan jiwa yang bersih. Mereka telah menanyakan segala apa yang tidak dipahami (darinya) dengan sebaik-baik pertanyaan, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun telah menjawabnya dengan
jawaban terbaik. Beliau terangkan dengan keterangan yang sempurna. Dan mereka pun mendengarkan (jawaban dan keterangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut), memahaminya, mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, menghafalkannya, dan menyampaikannya dengan penuh kejujuran. Mereka benar-benar mempunyai keutamaan yang agung atas kita. Yang mana melalui merekalah hubungan kita bisa tersambungkan dengan Rasulullah shallallahu 'laihi wa sallam, juga dengan Allah Ta'ala." (al-Marqat fii Nahjissalaf Sabilun Najah hal. 36-37).

Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah rahimahullah berkata: "Dan sungguh keduanya (menentang Rasul dan mengikuti selain jalannya orang-orang Mu'min) adalah saling terkait, maka siapa saja yang menentang Rasul sesudah jelas baginya kebenaran, pasti ia telah mengikuti selain jalan orang-orang Mu'min. Dan siapa saja yang mengikuti selain jalan orang-orang Mu'min maka ia telah menentang Rasul sesudah jelas baginya kebenaran." (Majmu' Fatawa [7/38]).

Diriwayatkan dari Sahabat al-'Irbadh ibn Sariyah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Suatu hari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam pernah shalat bersama kami kemudian beliau menghadap kepada kami dan memberikan nasehat kepada kami dengan nasehat yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati bergetar, maka seseorang berkata, 'Wahai Rasulullah, nasehat ini seakan-akan nasehat dari orang yang akan berpisah, maka apa yang engkau wasiatkan kepada kami?' Maka Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Aku wasiatkan kepada kalian supaya tetap bertaqwa kepada Allah, tetaplah mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Sungguh orang yang hidup di antara kalian setelahku maka ia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan Sunnah Khulafa'ur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigitlah dia dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena sesungguhnya setiap perkara yang diada-adakan itu adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu adalah sesat." (HR. Ahmad [IV/126-127], Abu Dawud [4607], at-Tirmidzi [2676], ad-Darimi [I/44], al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah [I/205], al-Hakim [I/95]).

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di atas terdapat perintah untuk berpegang teguh dengan Sunnah Rasulullah dan Sunnah Khulafa'ur Rasyidin sepeninggal beliau.

Setelah kita mengetahui bahwa orang-orang Mu'min dalam ayat ini adalah para Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (as-Salaf), dan juga keterkaitan yang erat antara menentang Rasul dengan mengikuti selain jalannya orang-orang Mu'min, maka dapatlah disimpulkan bahwa mau tidak mau kita harus mengikuti Manhaj Salaf, jalannya para Sahabat.

Sebab bila kita menempuh selain jalan mereka di dalam memahami dienul Islam ini, berarti kita telah menentang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan akibatnya sungguh mengerikan akan dibiarkan leluasa bergelimang dalam kesesatan dan kesudahannya masuk ke dalam neraka Jahannam, seburuk-buruk tempat kembali, na'udzu billahi min dzaalik.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya: "Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (QS. at-Taubah: 100).

Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak mengkhususkan ridha dan jaminan jannah (surga)-Nya untuk para Sahabat Muhajirin dan Anshar (as-Salaf) semata, akan tetapi orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik pun mendapatkan ridha Allah dan jaminan surga seperti mereka.

al-Hafidz Ibn Katsir rahimahullah berkata: "Allah Subhanahu wa Ta'ala mengkhabarkan tentang keridhaan-Nya kepada orang-orang yang terdahulu dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik, dan ia juga mengkhabarkan tentang ketulusan ridha mereka kepada Allah, serta apa yang telah Ia sediakan untuk mereka dari jannah-jannah (surga-surga) yang penuh dengan kenikmatan, dan kenikmatan yang abadi." (Tafsir Ibn Katsir, 2/367).

Ini menunjukkan bahwa mengikuti Manhaj Salaf akan mengantarkan kepada ridha Allah dan jannah Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu)." (QS. al-Baqarah: 137).

Adapun hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah sebagai berikut:

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan Sunnahku, dan Sunnah al-Khulafa'ur Rasyidin yang terbimbing, berpeganglah erat-erat dengannya dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham." (Shahih, HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, ad-Darimi, Ibn Majah dan lainnya dari Sahabat al-'Irbadh ibn Sariyah. Lihat Irwa'ul Ghalil [2455]).

Dalam hadits ini dengan tegas dinyatakan bahwa kita akan menyaksikan perselisihan yang begitu banyak di dalam memahami dienul Islam, dan jalan satu-satunya yang mengantarkan kepada keselamatan ialah dengan mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Sunnah al-Khulafa'ur Rasyidin (as-Salafush-Shalih).

Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan agar kita
senantiasa berpegang teguh dengannya.

al-Imam asy-Syathibi rahimahullah berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam -sebagaimana yang engkau saksikan- telah mengiringkan Sunnah al-Khulafa'ur Rasyidin dengan Sunnah Beliau, dan bahwasanya di antara konsekuensi mengikuti Sunnah Beliau adalah mengikuti Sunnah mereka, yang demikian itu dikarenakan apa yang mereka sunnahkan benar-benar mengikuti Sunnah Nabi mereka atau mengikuti apa yang mereka pahami dari Sunnah Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, baik secara global maupun secara rinci, yang tidak diketahui oleh selain mereka." (al-I'tisham [1/118]).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Terus menerus ada sekelompok kecil dari ummatku yang senantiasa tampil di atas kebenaran. Tidak akan memudharatkan mereka orang-orang yang menghinakan mereka, sampai datang keputusan Allah dan mereka dalam keadaan seperti itu." (Shahih, HR. al-Bukhari dan Muslim, lafadz hadits ini adalah lafadz Muslim dari Sahabat Tsauban [1920]).

al-Imam Ahmad ibn Hambal rahimahullah berkata (tentang tafsir hadits di atas): "Kalau bukan Ahlul Hadits, maka aku tidak tahu siapa mereka?" (Syaraf Ashhabil Hadits, karya al-Khatib al-Baghdadi, hal. 36).

al-Imam Ibnul Mubarak, al-Imam al-Bukhari, al-Imam Ahmad ibn Sinan al-Muhaddits, semuanya berkata tentang tafsir hadits ini: "Mereka adalah Ahlul Hadits." (Syaraf Ashhabil Hadits, hal. 26, 37). asy-Syaikh Ahmad ibn Muhammad ad-Dahlawi al-Madani berkata: "Hadits ini merupakan tanda dari tanda-tanda kenabian (Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam), di dalamnya beliau telah menyebutkan tentang keutamaan sekelompok kecil yang senantiasa tampil di atas kebenaran, dan setiap masa dari zaman ini tidak akan lengang dari mereka. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akan mereka dan do'a itupun terkabul. Maka Allah 'Azza wa Jalla menjadikan pada tiap masa dan zaman, sekelompok dari ummat ini yang memperjuangkan kebenaran, tampil di atasnya dan menerangkannya kepada ummat manusia dengan sebenar-benarnya keterangan.

Sekelompok kecil ini secara yakin adalah Ahlul Hadits insya Allah, sebagaimana yang telah disaksikan oleh sejumlah 'Ulama yang tangguh, baik terdahulu ataupun di masa kini." (Tarikh Ahlil Hadits, hal 131).

Ahlul Hadits adalah nama lain dari orang-orang yang mengikuti Manhaj Salaf. Atas dasar itulah, siapa saja
yang ingin menjadi bagian dari "sekelompok kecil" yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits di atas, maka ia harus mengikuti Manhaj Salaf.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ummatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk ke dalam neraka, kecuali satu
golongan. Beliau ditanya: "Siapa dia wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Golongan yang aku dan para Sahabatku mengikuti." (Hasan, riwayat at-Tirmidzi dalam Sunannya, Kitabul Iman, Bab Iftiraqu Hadzihil Ummah, dari Sahabat 'Abdullah ibn 'Amr ibn al-'Ash).

asy-Syaikh Ahmad ibn Muhammad ad-Dahlawi al-Madani rahimahullah berkata: "Hadits ini sebagai nash (dalil) dalam perselisihan, karena ia dengan tegas menjelaskan tentang tiga perkara: 1) Bahwa ummat Islam sepeninggal beliau akan berselisih dan menjadi golongan-golongan
yang berbeda pemahaman dan pendapat di dalam memahami agama. Semuanya masuk ke dalam neraka, dikarenakan mereka masih terus berselisih dalam masalah-masalah agama setelah datangnya penjelasan dari Rabb Semesta Alam. 2) Kecuali satu golongan yang Allah selamatkan, dikarenakan mereka berpegang teguh dengan al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengamalkan keduanya tanpa adanya takwil dan penyimpangan. 3) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menentukan golongan yang selamat dari sekian banyak golongan itu. Ia hanya satu dan mempunyai sifat yang khusus, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri (dalam hadits tersebut) yang tidak lagi membutuhkan takwil dan tafsir. (Tarikh Ahlil Hadits hal. 78-79).

Tentunya, golongan yang ditentukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam itu adalah yang mengikuti Manhaj Salaf, karena mereka di dalam memahami dienul Islam ini menempuh suatu jalan yang Rasulullah dan para Sahabatnya berada di atasnya.

Pendapat para 'Ulama tentang Mengikuti Manhaj Salaf

al-Imam 'Abdurrahman ibn 'Amr al-Auza'i rahimahullah berkata: "Wajib bagimu untuk mengikuti jejak Salaf walaupun banyak orang menolakmu, dan hati-hatilah dari pemahaman/pendapat tokoh-tokoh itu walaupun mereka mengemasnya untukmu dengan kata-kata (yang indah)." (asy-Syari'ah, karya al-Imam al-Ajurri, hal. 63).

al-Imam Abu Hanifah an-Nu'man ibn Tsabit rahimahullah berkata: "Wajib bagimu untuk mengikuti atsar dan jalan yang ditempuh oleh Salaf, dan hati-hatilah dari segala yang diada-adakan dalam agama, karena ia adalah bid'ah." (Shaunul Manthiq, karya as-Suyuthi, hal. 322, saya nukil dari kitab al-Marqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 54).

al-Imam Abul Mudhaffar as-Sam'ani rahimahullah berkata: "Syi'ar Ahlussunnah adalah mengikuti Manhaj Salafush-Shalih dan meninggalkan segala yang diada-adakan (dalam agama)." (al-Intishaar li Ahlil-Hadits, karya Muhammad ibn Umar Bazmul hal. 88).

al-Imam Qawaamus Sunnah al-Ashbahani rahimahullah berkata: "Barangsiapa menyelisihi Sahabat dan Tabi'in (Salaf) maka ia sesat, walaupun banyak ilmunya." (al-Hujjah fii Bayaanil Mahajjah [2/437-438], saya nukil dari kitab al-Intishaar li Ahlil-Hadits, hal. 88).

al-Imam asy-Syathibi rahimahullah berkata: "Segala apa yang menyelisihi Manhaj Salaf, maka ia adalah kesesatan." (al-Muwafaqaat [3/284]), saya nukil melalui al-Marqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 57).

Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah rahimahullah berkata: "Tidak tercela bagi siapa saja yang menampakkan Manhaj Salaf, berintisab dan bersandar kepadanya, bahkan yang demikian itu disepakati wajib diterima, karena Manhaj Salaf pasti benar." (Majmu' Fatawa [4/149]). Beliau juga berkata: "Bahkan syi'ar Ahlul Bid'ah adalah meninggalkan Manhaj Salaf." (Majmu' Fatawa [4/155]).

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa membimbing kita untuk mengikuti manhaj salaf di dalam memahami dienul Islam ini, mengamalkannya dan berteguh diri di atasnya, sehingga bertemu dengan-Nya dalam keadaan husnul khatimah. Amin yaa Rabbal 'alamin. Wallahu a'lamu bish-shawaab.

* Sumber artikel:
1. Muslimah.or.id; Disarikan dari buku Mulia Dengan Manhaj Salaf karya Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawaz oleh Ummu Maryam Ismiyanti; Murojaah: Ust. Abu Mushlih Ari Wahyudi
2. AsySyariah.com; Dikutip dari tulisan al-Ustadz Ruwaifi' bin Sulaimi al-Atsari, Lc; Judul asli: Mengapa Harus Bermanhaj Salaf, rubrik Manhaji - Majalah Asy Syariah



FeedCount

Cari artikel di blog ini

Loading

Ikuti via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Followers

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template