22.12.11

Sahabat Nabi : Amirul Mu'minin Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu 'anhu

Nama Lengkap dan Nasab

Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu 'anhu dilahirkan di kota Makkah tahun 581 M. dari Bani Adi, salah satu kabilah dari suku Quraisy. Beliau dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ayahnya bernama al-Khaththab ibn Nufail as-Shimh al-Quraisyi. Nasabnya adalah Umar ibn Khaththab ibn Nufail ibn 'Abdul Uzza ibn Riyah ibn 'Abdullah ibn Qarth ibn Razah ibn 'Adi ibn Ka'ab ibn Lu'ay ibn Ghalib. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada Ka'ab ibn Lu'ay. Antara beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Hantamah binti Hasyim ibn Mughirah ibn 'Abdullah ibn Umar ibn Makhzum. Rasulullah memberi beliau "kunyah" Abu Hafshah (bapak Hafshah) karena Hafshah adalah anaknya yang paling tua; dan memberi "laqab" (julukan) al-Faruq, yang berarti orang yang bisa memisahkan antara yang haq dan yang bathil.

Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu 'anhu termasuk dalam golongan al-'Asyarah al-Mubasysyiriina bil Jannah atau 10 orang yang telah mendapat "busyra bil-jannah" (berita gembira sebagai penghuni surga), sebagaimana dinyatakan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim di dalam al-Mustadrak.

Ciri-ciri Fisik Umar ibn al-Khaththab

Umar ibn Khaththab radhiyallahu 'anhu mempunyai perawakan yang tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya putih kemerah-merahan.

Putra-putri Umar ibn al-Khaththab

Di antara putra-putri Umar ibn Khaththab yang berasal dari istrinya yang bernama Zainab binti Mazh'un adalah 'Abdullah, 'Abdurrahman, Hafshah dan Ruqayyah. Dari istrinya yang bernama Ummu Kultsum binti Jarul adalah Zaid al-Ashgar dan Ubaidillah. Dari istrinya yang bernama Jamilah hanya memilki satu orang putra yang bernama Ashim. Dari istrinya yang bernama Lahiyyah juga hanya seorang putra yang bernama 'Abdurrahman al-Ausath. Dari istrinya yang merupakan Ummu Walad (hamba sahaya wanita yang digauli tuannya) juga membuahkan seorang putra yang bernama 'Abdurrahman al-Ashgar. Dari istrinya yang bernama Fakihah hanya mendapatkan seorang putri yang bernama Fathimah.

KeIslaman Umar ibn Khaththab

Sebelum masuk Islam, Umar ibn Khaththab dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin, bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan jelek yang umumnya dilakukan kaum Jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah Hamzah ibn 'Abdul Muththalib masuk Islam.

Masuknya Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu 'anhu ke dalam Islam adalah berkat do'a Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana hadits dari Ibn Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a, "Ya Allah, kokohkanlah agama Islam dengan salah satu dari dua orang yang paling Engkau cintai, yakni Umar ibn Khaththab atau dengan Amar ibn Hisyam (Abu Jahal)." Ternyata diantara kedua orang itu yang lebih dicintai adalah Umar ibn Khaththab radhiyallahu 'anhu. (Kualitas hadits ini shahih dan diriwayatkan oleh at-Tirmidzi [3681]. Dalam hal ini at-Tirmidzi berkata bahwa hadits ini berkualitas hasan shahih gharib serta berasal dari hadits Ibn Umar).

Kekhalifahan Umar ibn al-Khaththab

KeIslaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum Muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Qur'an dan as-Sunnah setelah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu.

Hamzah ibn 'Amr berkata, "Abu Bakar radhiyallahu 'anhu meninggal dunia pada malam Selasa tanggal 8 Jumadil Akhir 13 H. Maka, Umar menggantikan kursi kekhalifahan pada pagi hari kematian Abu Bakar."

Dari Jami' ibn Syadad, dari ayahnya, dia berkata: Kalimat pertama yang diucapkan Umar ketika naik ke atas mimbar (pelantikan sebagai khalifah) adalah, "Ya Allah, sesungguhnya aku ini orang yang keras, maka lunakkanlah aku! Sesungguhnya aku adalah orang yang lemah, kuatkanlah aku! Sesungguhnya aku adalah orang yang bakhil, maka jadikanlah aku orang yang dermawan." (Hadits ini diriwayatkan oleh Ibn Sa'ad di dalam kitab Thabaqat-nya. Disebutkan pula oleh Abu Nu'aim di dalam kitab al-Hilyah [I/53]).

al-Askari berkata, "Umar ibn Khaththab adalah orang yang pertama kali diberi julukan Amirul Mu'minin, menetapkan penangggalan tahun Hijriyah, membuat Baitul Mal, mengadakan shalat qiyamu Ramadhan (tarawih) secara berjama'ah, mengadakan inspeksi pada malam hari, menjatuhkan hukuman bagi tukang fitnah, menghukum peminum khamr sebanyak 80 kali dera, mengharamkan nikah mut'ah, mengharamkan penjualan hamba sahaya perempuan yang telah melahirkan anak untuk majikannya, mengadakan shalat jenazah berjama'ah dengan empat takbir, membentuk departemen-departemen, mengirim makanan dari Mesir ke Madinah melalui jalur laut Ablah, menentukan aturan 'aul dalam ilmu faraid, menarik zakat kuda, dan orang yang pertama kali berkata, 'Ayyadakallah (semoga Allah mengokohkanmu) kepada 'Ali. Demikianlah akhir keterangan yang disampaikan oleh al-Askari.

Kekhalifahan Umar ibn al-Khaththab berlangsung selama 10 tahun 6 bulan lebih 3 hari. Semenjak tanggal 23 Jumadil Akhir 13 Hijriyah hingga 26 Dzulhijjah tahun 23 Hijriyah. (al-Is'aad fi Syarhi Lum'atil I'tiqad, hal. 71, Syarh Lum'ah, hal. 143).

Keutamaan Umar ibn al-Khaththab

Dari Sa'ad ibn Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau pernah bersabda kepada Umar, "Demi Dzat yang menguasai jiwaku, tidak akan ada syaitan yang bertemu denganmu di sebuah jalan, kecuali dia akan memilih jalan lain yang tidak kamu lewati." (HR. Bukhari-Muslim dalam kitab Shahihain. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari [3683] dan Muslim [Fadha'il ash-Shahabah 23] pada bab Min Fadha'il Umar radhiyallahu 'anhu).

Selain pemberani, Umar ibn Khaththab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh al-Hakim dan Thabrani dari Ibn Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata, "Seandainya ilmu Umar ibn Khaththab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar ibn Khaththab lebih berat dibandingkan ilmu mereka."

al-Imam Ibn Majah rahimahullah berkata, "Telah menceritakan kepada kami Hisyam ibn 'Ammar: Telah menceritakan kepada kami Sufyan (ibn 'Uyainah), dari al-Hasan ibn al-Umarah, dari Firas, dari asy-Sya'bi, dari al-Harits, dari 'Ali, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Abu Bakar dan Umar adalah dua orang pemimpin bagi orang-orang dewasa penduduk surga, dari kalangan terdahulu maupun yang kemudian selain para Nabi dan Rasul. Jangan engkau khabarkan hal ini kepada mereka wahai 'Ali, selama mereka masih hidup." (Sunan Ibn Majah [95]).

Aktivitas Ibadah Umar ibn al-Khaththab

Dari Ibn Umar radhiyallahu 'anhuma, dia berkata, "Umar tidak meninggal dunia sampai beliau telah menunaikan ibadah puasa secara terus-menerus."

Dari Sa'id ibn al-Musayyib rahimahullah, dia berkata, "Umar senang sekali melakukan ibadah shalat di tengah malam, tepatnya di pertengahan malam."

Ketawadhu'an Umar ibn al-Khaththab

Disebutkan di dalam al-Mudawwanah al-Kubra: Ibn al-Qasim mengatakan, "Aku pernah mendengar Malik membawakan sebuah kisah bahwa pada suatu ketika di masa kekhalifahan Abu Bakar ada seorang lelaki yang bermimpi bahwa ketika itu hari kiamat telah terjadi dan seluruh ummat manusia dikumpulkan. Di dalam mimpi itu dia menyaksikan Umar mendapatkan ketinggian dan kemuliaan derajat yang lebih di antara manusia yang lain. Dia mengatakan: Kemudian aku berkata di dalam mimpiku, 'Karena faktor apakah Umar ibn al-Khaththab bisa mengungguli orang-orang yang lain?' Dia berkata: Lantas ada yang berujar kepadaku, 'Dengan sebab kedudukannya sebagai khalifah dan orang yang mati syahid, dan dia juga tidak pernah merasa takut kepada celaan siapapun selama dirinya tegak berada di atas jalan Allah.' Pada keesokan harinya, laki-laki itu datang dan ternyata di situ ada Abu Bakar dan Umar sedang duduk bersama. Maka dia pun mengisahkan isi mimpinya itu kepada mereka berdua. Ketika dia selesai bercerita maka Umar pun menghardik orang itu seraya berkata kepadanya, 'Pergilah kamu, itu hanyalah mimpi orang tidur!' Lelaki itupun bangkit meninggalkan tempat tersebut. Ketika Abu Bakar telah wafat dan Umar memegang urusan pemerintahan, maka beliau pun mengutus orang untuk memanggil si lelaki itu. Kemudian Umar berkata kepadanya, 'Ulangi kisah mimpi yang pernah kamu ceritakan dahulu.' Lelaki itu menjawab, 'Bukankah anda telah menolak cerita saya dahulu?!' Umar mengatakan, 'Tidakkah kamu merasa malu menyebutkan keutamaan diriku di tengah-tengah majelis Abu Bakar sementara pada saat itu dia sedang duduk di tempat itu?' Syaikh 'Abdul Aziz as-Sadhan mengatakan, 'Umar radhiyallahu 'anhu tidak merasa ridha keutamaan dirinya disebutkan sementara di saat itu ash-Shiddiq (Abu Bakar) -dan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu jelas lebih utama dari beliau- hadir mendengarkan kisah itu, walaupun sebenarnya dia tidak perlu merasa berat ataupun bersalah mendengarkan hal itu, akan tetapi inilah salah satu bukti kerendahan hati beliau radhiyallahu 'anhu'." (lihat Ma'alim fi Thariq Thalabil 'Ilmi, hal. 103-104).

Sifat Zuhud Umar ibn al-Khaththab

Dari Mush'ab ibn Sa'ad, dia berkata: Hafshah telah berkata kepada Umar, "Wahai Amirul Mu'minin, andai saja Anda mengenakan pakaian yang lebih halus dibandingkan dengan pakaian Anda (sekarang ini) dan juga mengkonsumsi makanan yang lebih baik dari makanan yang Anda makan (sekarang ini). (Bukankah) Allah telah melapangkan rezeki dan memberikan banyak kebaikan!" Umar menjawab, "Sesungguhnya aku akan memusuhimu (kalau terus menganjurkanku melakukan hal itu). Tidakkah kamu ingat bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa mengalami hidup yang sangat payah? Begitu juga dengan Abu Bakar?" Umar terus mengingatkan Hafshah hingga akhirnya putrinya itu menangis. Lalu Umar berkata kepadanya, "Ingatlah, demi Allah pasti aku akan menjalani hidupku seperti kehidupan mereka berdua yang sangat sulit! Mungkin saja aku akan mendapatkan kehidupan sejahtera seperti keduanya (di alam berikutnya)." (HR. Ahmad).

Wafatnya Umar ibn al-Khaththab

Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H/644 M., Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu 'anhu wafat. Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu'luah (Fairuz), budak milik al-Mughirah ibn Syu'bah, diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi yang dendam pada Khalifah Umar ibn Khaththab.

Amr ibn Maimun berkata, "Pada pagi hari terbunuhnya Umar, aku berdiri dekat sekali dengan Umar. Penghalang antara aku dan beliau hanyalah 'Abdullah ibn Abbas. Kebiasaannya, jika beliau berjalan disela-sela shaf, beliau selalu berkata, 'Luruskan!' Setelah melihat barisan telah rapat dan lurus, beliau maju dan mulai bertakbir. Pada waktu itu mungkin beliau sedang membaca surat Yusuf atau an-Nahl ataupun surat lainnya pada raka'at pertama hingga seluruh jama'ah hadir berkumpul. Ketika beliau bertakbir, tiba-tiba aku mendengar beliau menjerit, 'Aku dimakan anjing (aku ditikam)'. Ternyata beliau ditikam oleh seorang budak, kemudian budak kafir itu lari dengan membawa pisau belati bermata dua. Setiap kali melewati orang-orang, dia menikamkan belatinya ke kanan maupun ke kiri hingga menikam tiga belas orang kaum Muslimim dan tujuh di antaranya meninggal. Ketika salah seorang dari kaum Muslimin melihat peristiwa itu, ia melemparkan burnus (baju berpenutup kepala) untuk menangkapnya. Ketika budak kafir itu yakin bahwa dia akan tertangkap, dia langsung bunuh diri.

Umar segera menarik tangan 'Abdurrahman dan menyuruhnya maju menjadi imam. Siapa saja yang berdiri di belakang Umar pasti akan melihat apa yang aku lihat. Adapun orang-orang yang berada disudut-sudut masjid, mereka tidak tahu apa yang telah terjadi, hanya saja mereka tidak mendengar suara Umar. Di antara mereka ada yang mengatakan, Subhanallah'. Maka akhirnya 'Abdurrahman yang menjadi imam shalat mereka dan ia sengaja memendekkan shalat. Selesai orang-orang mengerjakan shalat, Umar berkata, 'Wahai Ibn Abbas, lihatlah siapa yang telah menikamku'. Ibn Abbas pergi, sesaat kemudian kembali sambil berkata, 'Pembunuhmu adalah budak milik al-Mughirah. Umar bertanya, 'Budaknya yang lihai
bertukang itu?' Ibn Abbas menjawab, 'Ya'. Umar berkata, 'Semoga Allah membinasakannya. Padahal aku telah menyuruhnya kepada kebaikan. Alhamdulillah yang telah menjadikan sebab kematianku di tangan orang yang tidak beragama Islam. Engkau dan ayahmu (Abbas) menginginkan agar budak-budak kafir itu banyak tinggal di Madinah'."

Dari Utsman ibn Affan radhiyallahu 'anhu dia berkata, "Aku adalah orang yang terakhir kali menyaksikan kematian Umar di antara kalian. Aku mengunjunginya ketika kepalanya berada di pangkuan anaknya yang bernama 'Abdullah. Lalu Umar berkata kepada putranya itu, 'Letakanlah pipiku di atas permukaan bumi!' 'Abdullah berkata, 'Bukankah pahaku dan permukaan bumi sama saja?' Umar berkata lagi, 'Letakanlah pipiku di atas permukaan bumi!' Umar mengucapkan kalimat itu sampai dua atau tiga kali. Aku juga mendengarnya berkata, 'Sungguh celaka aku jika Engkau tidak mengampuniku'. Sampai akhirnya nyawanya dicabut dari jasadnya." (Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari hadits Ibn Umar radhiyallahu 'anhuma dengan kualitas hasan menurut al-Hafizh al-Haitsami. Lihat kitab al-Majma [9/76]).

Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu 'anhu wafat tiga hari setelah peristiwa itu, beliau dikebumikan pada hari Ahad di awal bulan Muharram tahun 24 Hijriyah dan dikebumikan di kamar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di samping Abu Bakar ash-Shiddiq setelah mendapat izin dari Ummul Mu'minin 'Aisyah radhiyallahu 'anha. Semasa hidupnya, Umar ibn al-Khaththab telah meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak 537 hadits (yang dianggap shahih, 50).

Abu Ma'syar berkata, "Umar terbunuh pada tanggal 25 Dzulhijjah tepat penghujung tahun 23 Hijriyah. Masa kekhalifahannya adalah 10 tahun 6 bulan 4 hari. Setelah itu 'Utsman diba'iat menjadi khalifah."

Umar ibn al-Khaththab wafat saat beliau berumur 63 tahun, dan dalam riwayat yang lain beliau wafat ketika berusia 57 tahun.

Mu'awiyah radhiyallahu 'anhu berkata, "Usia Umar ketika meninggal dunia adalah 63 tahun."

Dari asy-Sya'bi rahimahullah disebutkan bahwa Abu Bakar meninggal dunia pada usia 63 tahun. Begitu juga dengan Umar yang meninggal dunia pada usia 63 tahun.

Menurut Salim ibn 'Abdullah rahimahullah, Umar meninggal dunia pada usia 65 tahun.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala meridhai Umar ibn al-Khaththab dan menempatkan beliau pada kedudukan yang tinggi di sisi Rabb-Nya. Amiin.



FeedCount

Cari artikel di blog ini

Loading

Ikuti via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Followers

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template