23.12.11

Sahabat Nabi : 'Utsman ibn Affan radhiyallahu 'anhu

Nama Lengkap dan Nasab

Nama lengkap beliau adalah 'Utsman ibn Affan ibn Abil 'Ash al-Umawi al-Qurasy. Beliau lahir pada tahun 574 M. dan berasal dari keluarga yang kaya raya dari kabilah Bani Umayyah. Nasab beliau adalah 'Utsman ibn Affan ibn Abil 'Ash ibn Umayyah ibn 'Abdu asy-Syams ibn 'Abdu Manaf ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrah ibn Ka'ab ibn Lu'ay ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik ibn an-Nadhr ibn Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah ibn Ilyas ibn Mudhar ibn Nizar ibn Ma'addu ibn Adnan. Sedang ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz ibn Rabi'ah ibn Hubaib ibn 'Abdu asy-Syam dan neneknya bernama Ummu Hakim Bidha' binti 'Abdul Muththalib, bibi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ibu beliau kemudian menganut Islam yang baik dan teguh. Pada masa Jahiliyah, 'Utsman ibn Affan biasa dipanggil dengan Abu 'Amr dan pada masa Islam, nama julukannya (kunyah) adalah Abu 'Abdillah. Dan juga beliau digelari dengan sebutan "Dzun-Nurain" yang berarti yang memiliki dua cahaya, dikarenakan beliau menikahi dua puteri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu Ruqayyah dan Ummu Kaltsum.

Khaitsamah meriwayatkan di dalam kitab al-Fadha'il dan ad-Daruqthuni di dalam kitab al-Farad, bahwa pernah disebutkan nama 'Utsman di hadapan 'Ali. Ternyata 'Ali berkata, "Dialah seseorang yang dipanggil dengan sebutan Dzun-Nurain di surga."

Ciri Fisik 'Utsman ibn Affan

'Utsman ibn Affan radhiyallahu 'anhu adalah seseorang yang postur tubuhnya sedang-sedang saja dan berkulit putih, namun ada juga yang mengatakan bahwa warna kulit 'Utsman adalah sawo matang. Beliau adalah seorang laki-laki yang berkulit luar tipis, berwajah tampan, memiliki tulang persendian yang besar, jarak antara kedua pundaknya lebar, berambut lebat, dan memiliki jenggot yang diberi warna kuning.

Dari al-Hasan rahimahullahu, dia berkata, "Aku telah melihat 'Utsman, ternyata dia adalah seorang laki-laki yang berwajah tampan. Di bagian atas pipinya terdapat tahi lalat kecil yang menonjol, dan rambutnya telah menutupi bagian hastanya."

Putra-putri 'Utsman ibn Affan

Di antara putra 'Utsman yang berasal dari Ruqayyah bernama 'Abdurrahman. Putranya yang lain adalah 'Abdullah al-Ashgar yang berasal dari istrinya yang bernama Fahkitah binti Ghazwan. Amru, Khalid, Aban, Umar dan Maryam, yang berasal dari istrinya yang bernama Ummu Amru binti Junzud dari kabilah Uzd. al-Walid, Sa'id dan Ummu Sa'id, yang berasal dari istrinya yang bernama Fathimah binti al-Walid. 'Abdul Malik yang berasal dari istrinya yang bernama Ummul Banin binti Uyainah ibn Hashn; 'Aisyah, Ummu Aban dan Ummu Amru, yang berasal dari istrinya yang bernama Ramlah binti Syaibah ibn Rabi'ah. Maryam yang berasal dari istrinya yang bernama Na'ilah binti al-Farafishah. Dan Ummul Banin yang berasal dari istrinya yang merupakan Ummu Walad.

KeIslaman 'Utsman ibn Affan

'Utsman ibn Affan radhiyallahu 'anhu masuk Islam sebelum Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk ke Darul Arqam. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu dan beliau termasuk golongan as-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam).

Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam ke Habsyah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, 'Utsman ibn Affan bersama istri dan kaum Muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habsyah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama setelah kembali dan tinggal di Makkah, 'Utsman mengikuti perintah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk hijrah ke Madinah.

Pada peristiwa Hudaibiyah, 'Utsman ibn Affan dikirim oleh Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menemui Abu Sufyan di Makkah. 'Utsman diperintahkan Rasulullah untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka'bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Makkah.

Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam memimpin perang, 'Utsman dipercaya menggantikan Rasulullah untuk mengurus Madinah. Saat Perang Tabuk, 'Utsman mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. 'Utsman ibn Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama "Rumah" dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.

Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terjun dalam Perang Badar, 'Utsman menggantikan Rasulullah untuk merawat putrinya yang bernama Ruqayyah ketika sedang menderita sakit. Maka, Rasulullah menetapkan jatah rampasan perang untuk 'Utsman yang pada waktu itu absen dalam perang Badar. Dalam hal ini 'Utsman dianggap seperti orang yang ikut perang Badar.

Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, 'Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.

Dari 'Utsman ibn Muhib, dia berkata: Ada seorang laki-laki penduduk Mesir melakukan ibadah haji. Lalu dia melihat ada beberapa orang sedang duduk-duduk. Dia pun bertanya, "Siapakah mereka itu?" Orang-orang menjawab, "Mereka itu adalah orang-orang suku Quraisy." Lelaki itu kembali bertanya, "Siapakah syaikh di antara mereka?" Mereka menjawab, "'Abdullah ibn Umar." Lelaki itu berkata, "Wahai Ibn Umar, sesungguhnya aku akan bertanya kepadamu tentang sesuatu. Beritahukan kepadaku, apakah kamu mengetahui bahwa 'Utsman sempat melarikan diri pada waktu perang Uhud?" Ibn Umar menjawab, "Ya." Lelaki itu kembali bertanya, "Apakah kamu tahu bahwa dia tidak ikut hadir pada waktu perang Badar?" Ibn Umar menjawab, "Ya." Lelaki itu berkata lagi, "Apakah kamu juga tahu bahwa dia tidak ikut peristiwa bai'at Ridhwan?" Ibn Umar menjawab, "Ya." Maka lelaki itu berkata, "Allahu Akbar." (Mendengar lelaki tersebut berkata seperti itu) Ibn Umar berkata, "Kemarilah kamu, aku akan menjelaskannya untukmu! Adapun kalau 'Utsman lari pada waktu perang Uhud, maka aku bersaksi bahwa Allah telah memaafkan dan mengampuninya. Adapun kalau dia tidak hadir pada waktu perang Badar, maka itu karena dia harus mengurus putri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang pada waktu itu sedang menderita sakit. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya, 'Sesungguhnya kamu mendapatkan pahala dan jatah bagian perang seorang laki-laki yang ikut perang Badar.' Adapun absennya beliau pada peristiwa bai'at Ridhwan, maka seandainya ada seseorang yang lebih mulia di lembah Makkah melebihi 'Utsman, pasti Rasulullah akan mengutus orang itu untuk menggantikan posisi 'Utsman. Namun, ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengutus 'Utsman, sedangkan peristiwa bai'at Ridhwan sendiri baru terjadi setelah kepergian 'Utsman ke Makkah. Rasulullah bersabda dengan (memberikan isyarat) tangan kanannya, 'Ini adalah tangan Utsman.' Lalu beliau mempertemukan tangan itu ke tangan yang satunya lagi sambil bersabda, 'Ini (bai'at) untuk 'Utsman.'" Akhirnya Ibn Umar berkata kepada lelaki itu, "Sekarang, pergilah kamu dengan membawa keterangan ini." (HR. Bukhari).

Kekhalifahan 'Utsman ibn Affan

'Utsman ibn Affan radhiyallahu 'anhu menjabat sebagai khalifah sesudah Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu 'anhu berdasarkan kesepakatan ahlu syura.

Setelah wafatnya Umar ibn al-Khaththab akibat dibunuh oleh Abu Lu'luah pada 25 Dzulhijjah 23 H., maka diadakanlah musyawarah untuk memilih khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu 'Ali ibn Abi Thalib, 'Utsman ibn Affan, 'Abdurrahman ibn Auf, Sa'ad ibn Abi Waqqash, az-Zubair ibn al-Awwam dan Thalhah ibn Ubaidillah.

Selanjutnya 'Abdurrahman ibn Auf, Sa'ad ibn Abi Waqqash, az-Zubair ibn al-Awwam, dan Thalhah ibn Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya 'Utsman dan 'Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih 'Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah 'Utsman yang waktu itu telah berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H.

Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan Masjid al-Haram (Makkah) dan Masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai ummat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat yang digunakan dalam perang Dzatu Sawari. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk memperbanyak salinan al-Qur'an yang telah tersusun dalam satu mushaf kemudian menyebarkannya ke berbagai wilayah kekuasaan Islam. Serta memerintahkan ummat Islam agar berpatokan kepadanya dan memusnahkan mushaf yang dianggap bertentangan dengan salinan tersebut.

Beliau terus menjabat khalifah hingga terbunuh sebagai syahid pada bulan Dzulhijah tahun 35 Hijriyah dalam usia 82 tahun menurut salah satu pendapat 'Ulama. (Lihat Syarh Lum'ah, hal. 141).

Kekhalifahan beliau berlangsung selama 12 tahun kurang 12 hari, beliau wafat dalam keadaan mati syahid pada tanggal 18 Dzulhijah tahun 35 Hijriyah. (Lihat al-Is'aad, hal. 71-72).

Keutamaan 'Utsman ibn Affan

Ibn 'Asakir dan yang lainnya menjelaskan dalam kitab Fadha'il ash-Shahabah bahwa 'Ali ibn Abi Thalib ditanya tentang 'Utsman, maka beliau menjawab, "'Utsman itu seorang yang memiliki kedudukan yang terhormat yang dipanggil dengan Dzun-Nuraini, dimana Rasulullah menikahkannya dengan kedua putrinya."

Dari Ummul Mu'minin 'Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah duduk dengan kondisi paha terbuka. Lalu Abu Bakar memohon izin untuk masuk dan Rasulullah tetap dalam kondisi semula. Kemudian Umar memohon izin untuk masuk sedangkan Rasulullah masih dalam kondisi seperti sedia kala. Namun ketika 'Utsman memohon izin untuk masuk, maka beliau segera menggeraikan pakaiannya. Ketika mereka semua berdiri, maka aku berkata, "Wahai Rasulullah, ketika tadi Abu Bakar dan Umar memohon izin untuk masuk menjumpai Anda, Anda telah mengizinkan keduanya dimana Anda tetap dalam posisi semula. Namun ketika 'Utsman yang memohon izin, maka Anda menggeraikan pakaian Anda." Rasulullah bersabda, "Wahai 'Aisyah, apakah aku tidak merasa malu kepada seorang laki-laki dimana Allah dan para Malaikat-Nya juga merasa malu kepadanya?" (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Fadha'il ash-Shahabah 26 pada bab "Min Fadha'ili 'Utsman ibn 'Affan radhiyallahu 'anhu).

'Utsman ibn Affan radhiyallahu 'anhu termasuk dalam golongan al-'Asyarah al-Mubasysyiriina bil Jannah atau 10 orang yang telah mendapat "busyra bil-jannah" (berita gembira sebagai penghuni surga), sebagaimana dinyatakan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim di dalam al-Mustadrak.

Wafatnya 'Utsman ibn Affan

Peristiwa pembunuhan 'Utsman ibn Affan radhiyallahu 'anhu berawal dari pengepungan rumah beliau oleh para pemberontak (kaum Khawarij) selama 40 hari, dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Meski 'Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun beliau berprinsip untuk tidak menumpahkan darah ummat Islam. 'Utsman ibn Affan akhirnya wafat sebagai syahid pada pertengahan tasyrik tanggal 12 Dzulhijah 35 H. ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh beliau saat sedang membaca al-Qur'an. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam perihal kematian 'Utsman yang syahid nantinya.

Dari Sahl ibn Sa'ad radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Gunung Uhud pernah goncang, sedangkan di atas gunung tersebut ada Nabi shallallahu 'aiaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar dan 'Utsman. Maka Nabi bersabda, 'Tenanglah kamu wahai Gunung Uhud! Yang sedang berada di atasmu sekarang ini adalah seorang Nabi, seorang shiddiq, dan dua orang syahid!" (HR. Ahmad. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari [3699] dari Anas dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad [III/112]).

Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam kitabnya Hulyah al-'Auliya dari Ibn Sirrin bahwa ketika 'Utsman terbunuh, maka istri beliau berkata, "Mereka telah tega membunuhnya, padahal ia telah menghidupkan seluruh malam dengan al-Qur'an."

'Utsman ibn Affan radhiyallahu 'anhu wafat dalam usia 82 tahun dan dimakamkan di kuburan Baqi', Madinah. Semasa hidupnya, 'Utsman ibn Affan telah meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak 146 hadits (Bukhari memasukkan 9 hadits, Muslim 5 hadits).

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala meridhai 'Utsman ibn Affan dan menempatkan beliau pada kedudukan yang tinggi di sisi Rabb-Nya. Amiin.



FeedCount

Cari artikel di blog ini

Loading

Ikuti via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Followers

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template