17.12.11

Ahlul-Bait Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam

Definisi Ahlul-Bait

Secara bahasa kata Ahlul-Bait artinya penghuni rumah dan pengertian secara bahasa Ahlul-Bait Nabi adalah para istri Nabi, anak perempuan Nabi serta kerabat Nabi.

Sedangkan menurut istilah, para 'Ulama Ahlussunnah telah sepakat tentang Ahlul-Bait bahwa mereka adalah keluarga Nabi yang diharamkan menerima zakat, seperti yang dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Muslim dari Zaid ibn Arqam radhiyallahu 'anhu tatkala Husain ibn Sibrah bertanya kepadanya tentang Ahlul-Bait.

Adapun hadits lengkapnya adalah sebagai berikut: Yazid ibn Hayyan berkata: Aku pergi ke Zaid ibn Arqam bersama Husain ibn Sabrah dan Umar ibn Muslim. Setelah kami duduk, Husain berkata kepada Zaid ibn Arqam, "Hai Zaid, engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak. Engkau melihat Rasulullah, engkau mendengar sabda beliau, engkau bertempur menyertai beliau, dan engkau telah shalat dengan diimami oleh beliau. Sungguh engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak. Karena itu, sampaikan kepada kami hai Zaid, apa yang engkau dengar dari Rasulullah!" Kata Zaid ibn Arqam, "Hai kemenakanku, demi Allah, aku ini sudah tua dan ajalku sudah semakin dekat. Aku sudah lupa sebagian dari apa yang aku dengar dari Rasulullah. Apa yang bisa aku sampaikan kepadamu terimalah dan apa yang tidak bisa aku sampaikan kepadamu janganlah kamu memaksaku untuk menyampaikannya." Kemudian Zaid ibn Arqam mengatakan, "Pada suatu hari Rasulullah berdiri dengan berpidato di suatu tempat air yang disebut Khumm antara Makkah dan Madinah. Ia memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan, lalu beliau bersabda, 'Ketahuilah saudara-saudara bahwa aku adalah manusia seperti kalian. Sebentar lagi utusan Tuhanku (Malaikat pencabut nyawa) akan datang lalu dia diperkenankan. Aku akan meninggalkan untuk kalian dua hal yang berat, yaitu: 1) al-Qur'an yang berisi petunjuk dan cahaya, karena itu laksanakanlah isi al-Qur'an dan pegangilah. (Beliau mendorong dan mengimbau pengamalan al-Qur'an). 2) Ahlul-Baitku. Aku ingatkan kalian agar berpedoman dengan hukum Allah dalam memperlakukan keluargaku (tiga kali)'." Husain bertanya kepada Zaid ibn Arqam, "Hai Zaid, siapa Ahlul-Bait (keluarga) Rasulullah itu? Bukankah istri-istri beliau Ahlul-Baitnya?" Kata Zaid ibn Arqam, "Istri-istri beliau adalah Ahlul-Baitnya, tetapi Ahlul-Bait beliau adalah orang yang diharamkan menerima zakat sampai sepeninggal beliau." Kata Husain, "Siapa mereka itu?" Kata Zaid ibn Arqam, "Mereka adalah keluarga 'Ali, keluarga 'Aqil, keluarga Ja'far dan keluarga 'Abbas." Kata Husain, "Apakah mereka semua diharamkan menerima zakat?" Jawab Zaid, "Ya." (Shahih Muslim [7/122-123]).

Dari sini jelas penggunaan istilah Ahlul-Bait adalah istilah syar'i dan bermakna istri dan kerabat dekat beliau, mereka terdiri dari:
- Keluarga 'Ali, keluarga Ja'far, keluarga 'Aqil, keluarga 'Abbas (Kitab Taqrib Baina Ahlussunnah was-Syiah oleh Dr. Nashir ibn 'Abdillah ibn 'Ali al-Qafary [1/102] dan Syarh 'Aqidah Washitiyah Khalid ibn 'Abdillah al-Muslikh [189], Majmu' Fatawa [28/492])
- Keluarga Bani Harits ibn 'Abdul Muththalib, serta para istri beliau dan anak anak mereka. (Kitab Minhajus Sunnah an-Nabawiyah [7/395]).

Memang ada perselisihan, apakah para istri Nabi termasuk Ahlul-Bait atau bukan? Dan yang jelas bahwa arti Ahlu menurut bahasa tidak mengeluarkan para istri Nabi untuk masuk ke Ahlul-Bait.

Demikian juga penggunaan kata Ahlu di dalam al-Qur'an dan Hadits tidak mengeluarkan mereka dari lingkup istilah tersebut, yaitu Ahlul-Bait. Dan juga berdasarkan keumuman ayat al-Qur'an, serta manthuq (arti tersurat) Hadits yang menerangkan tentang anjuran membaca shalawat kepada Nabi, istri dan keluarga beliau.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan rijs dari kamu, wahai Ahlul-Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (QS. al-Ahzab: 33).

Ayat ini menunjukan para istri Nabi termasuk Ahlul-Bait. Jika tidak, maka tak ada faidahnya mereka disebutkan dalam ayat ini dan karena semua istri Nabi adalah termasuk Ahlul-Bait sesuai dengan nash al-Qur'an, maka mereka mempunyai hak yang sama dengan hak-hak Ahlul-Bait yang lain.

Berkata Ibn Katsir rahimahullah: "Orang yang memahami al-Qur'an tidak ragu lagi bahwa para istri Nabi masuk ke dalam Ahlul-Bait dan ini merupakan pendapat Imam al-Qurtubi, Ibn Hajar, Ibn Qoyim dan yang lainnya. (Kitab Taqrib Baina Ahlussunnah was-Syiah oleh Dr. Nashir ibn 'Abdillah ibn 'Ali al-Qafary [1/103-105]).

Ibn Taimiyah rahimahullah berkata: "Yang benar (dalam masalah ini) bahwa para istri Nabi adalah termasuk Ahlul-Bait. Karena telah ada dalam hadits yang diriwayatkan di Shahih Bukhari yang menjelaskan bahwa Nabi mengajari lafadz bershalawat kepadanya dengan lafadz: 'Ya Allah berilah keselamatan atas Muhammad dan istri-istrinya serta anak keturunannya'." (Riwayat al-Bukhari pada kitab Syarh Fathul Bari [6/408]).

Istilah Ahlul-Bait juga merupakan istilah syar'i yang dipakai dalam al-Qur'an maupun as-Sunnah dan bukan merupakan istilah bid'ah.

"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan rijs dari kamu, wahai Ahlul-Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (QS. al-Ahzab: 33).

Berkata Syaikh Abdurrahman as-Sa'di rahimahullah dalam kitab tafsir Karimir Rahman [2/916]: "Makna rijs adalah (Ahlul-Bait dijauhkan) segala macam gangguan, kejelekan dan perbuatan keji. Allah berfirman memerintah para istri Nabi: "Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat Allah dan hikmah (Sunnah Nabimu)." (QS. al-Ahzab: 34)."

Ibn Katsir rahimahullah berkata: "...yaitu kerjakanlah dengan apa yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya berupa al-Qur'an dan as-Sunnah di rumah-rumah kalian."

Berkata Ibn Qatadah rahimahullah dalam tafsir al-Qur'an al-Adzim [3/635]: "Dan ingatlah dengan nikmat yang di khususkan kepada kalian dari sekalian manusia yaitu berupa wahyu yang turun ke rumah-rumah kalian tanpa yang lain."

Dari pembahasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Ahlul-Bait adalah sebagai berikut:
1. Keluarga 'Ali ibn Abi Thalib, yaitu mencakup Sahabat 'Ali sendiri, Fathimah (putri Rasul), Hasan dan Husain beserta anak turunannya.
2. Keluarga 'Aqil ibn Abi Thalib, yaitu mencakup 'Aqil sendiri dan anaknya yaitu Muslim ibn 'Aqil beserta anak cucunya.
3. Keluarga Ja'far ibn Abi Thalib, yaitu mencakup Ja'far sendiri berikut anak-anaknya yaitu 'Abdullah, Aus dan Muhammad.
4. Keluarga 'Abbas ibn 'Abdul Muththalib, yaitu mencakup 'Abbas sendiri dan sepuluh putranya yaitu 'Abdullah, 'Abdurrahman, Qutsam, al-Harits, Ma'bad, Katsir, Aus, Tamam, dan putri-putri beliau juga termasuk di dalamnya.
5. Keluarga Harits ibn 'Abdul Muththalib, yaitu mencakup Harits sendiri dan anak-anaknya.
6. Keluarga Hamzah ibn 'Abdul Muththalib, yaitu mencakup Hamzah sendiri dan tiga orang anaknya yaitu Ya'la, 'Imarah, dan Umamah.
7. Para istri Nabi tanpa kecuali.

Kedudukan Ahlul-Bait

Dalam keyakinan Ahlussunnah wal-Jama'ah, mencintai Ahlul-Bait Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sekaligus memberikan penghormatan khusus kepada mereka merupakan suatu keharusan. Karena mencintai keluarga Nabi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dalil kewajiban mencintai,
memuliakan Ahlul-Bait adalah firman Allah: Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." (QS. asy-Syuura: 23).

Ayat di atas ini lazim dikenal dengan nama ayat mawaddah, memberi peringatan kepada kaum Muslimin, bahwa cinta kasih kepada Ahlu-Bait Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah diminta oleh beliau.

Sesuatu yang diminta oleh beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, hukumnya wajib, sebab permintaan dalam hal seperti itu sama artinya dengan perintah yang diajukan dengan rendah hati, kata-kata sopan dan halus. Selain itu berarti pula, permintaan beliau mengenai itu mempunyai kedudukan hukum kuat, karena telah menjadi ketetapan yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

al-Muqrizi menafsirkan ayat al-mawaddah di atas sebagai berikut: "Aku tidak minta imbalan apa pun kepada kalian atas agama yang kubawakan kepada kalian itu, kecuali agar kalian berkasih-sayang kepada keluargaku (keluarga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam)."

Abu al-'Aliyah mengatakan bahwa Sa'id ibn Jubair radhiyallahu 'anhu menafsirkan kata al-qurba dalam ayat tersebut ialah kerabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Abu Ishaq mengatakan, ketika ia menanyakan makna al-qurba dalam ayat itu kepada 'Amr ibn Syu'aib ia beroleh jawaban, bahwa yang dimaksud ialah kerabat Rasulallah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Imam Zamakhsyari rahimahullah di dalam al-Kasysyaf berkaitan dengan penafsirannya mengenai ayat al-mawaddah itu, ia mengetengahkan sebuah hadits panjang, yang kemudian dikutip oleh Imam al-Fakhrurrazi rahimahullah di dalam al-Kabir. Hadits itu menuturkan bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan ummatnya mencintai keluarga (aal) Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam: "Barangsiapa wafat dalam keadaan mencintai keluarga (aal) Muhammad ia mati syahid. Sungguhlah, siapa yang wafat dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad, orang itu beroleh ampunan atas dosa-dosanya.. -dan seterusnya."

Tuntunan dan teladan terhadap Ahlul-Bait telah dicontohkan oleh para Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri. Di antara mereka terdapat rasa cinta yang mendalam, antara satu dengan lainnya saling menghargai dan menghormati.

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu berkata, "Sungguh kerabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lebih aku cintai daripada kerabatku sendiri." (HR. al-Bukhari).

Dari Ibn Umar radhiyallahu 'anhu dari Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Perhatikanlah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pada Ahlul-Baitnya." (HR. al-Bukhari).

Dan tentunya kecintaan dan penghormatan yang diberikan kepada Ahlul-Bait Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah secara berimbang. Tetap berpedoman pada prinsip tawassuth, tawazun dan i'tidal, jauh dari fanatisme buta.

Wallahu a'lam bish-shawab.

"Ya Allah, wahai Tuhanku, muliakan oleh-Mu akan Muhammad, Nabi yang tidak pandai menulis dan membaca. Dan muliakan pulalah kiranya akan isteri-isterinya, ibu segala orang yang Mu'min, akan keturunannya dan segala ahli baitnya, sebagaimana engkau telah memuliakan Ibrahim dan keluarga Ibrahim diserata alam. Bahwasanya Engkau, wahai Tuhanku, sangat terpuji dan sangat mulia."

* Sumber artikel:
1. NU Online; Mencintai Keluarga dan Sahabat Nabi, Penulis: KH. Muhyiddin Abdusshomad, Pengasuh Pondok Pesantren Nuris
2. ForumKami.net; Tahukah anda siapakah itu Ahlul-Bait?



FeedCount

Cari artikel di blog ini

Loading

Ikuti via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Followers

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template