8.1.12

Sahabat Nabi : 'Abdullah ibn Umar radhiyallahu 'anhuma

'Abdullah ibn Umar radhiyallahu 'anhuma dilahirkan tidak lama setelah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam diutus. Beliau adalah putra khalifah ke-2 Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu 'anhu, saudara kandung Hafshah Ummul Mu'minin radhiyallahu 'anha. Beliau salah seorang di antara orang-orang yang bernama 'Abdullah (al-'Abadillah al-Arba'ah) yang terkenal sebagai pemberi fatwa. Tiga orang lain ialah 'Abdullah ibn Abbas, 'Abdullah ibn 'Amr ibn al-Ash dan 'Abdullah ibn az-Zubair radhiyallahu 'anhuma.

KeIslaman 'Abdullah ibn Umar

'Abdullah ibn Umar radhiyallahu 'anhu masuk Islam saat umurnya 10 tahun ketika ikut masuk bersama ayahnya, Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu 'anhu. Kemudian mendahului ayahnya beliau hijrah ke Madinah. Pada saat perang Uhud usia beliau 13 tahun dan masih terlalu kecil untuk ikut perang, sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengizinkannya. Perang pertama yang beliau ikuti adalah perang Khandaq. Beliau ikut berperang bersama Ja'far ibn Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pada perang Mu'tah, dan turut pula dalam pembebasan Makkah (Fathu Makkah).

Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal, beliau mengikuti peperangan lainnya, seperti perang Qadisiyah, Yarmuk, Penaklukan Afrika, Mesir dan Persia, serta penyerbuan Bashrah dan Madain.

Keutamaan 'Abdullah ibn Umar

'Abdullah ibn Umar radhiyallahu 'anhuma adalah seorang yang dikaruniai Allah Subhanahu wa Ta'ala kefaqihan (kedalaman pemahaman) dalam ilmu-ilmu mengenai dienullah al-Islam. Beliau juga terkenal seorang yang zuhud (tidak terikat hati dengan dunia) dan 'abid (rajin ber-ibadah kepada Allah).

Sewaktu masih muda belia, 'Abdullah ibn Umar radhiyallahu 'anhuma berangan-angan seandainya beliau dapat bermimpi sesuatu yang menyebabkan dirinya punya alasan untuk berkonsultasi langsung kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau iri melihat seorang yang menceritakan mimpinya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kisahnya disampaikan di dalam hadits di bawah ini oleh dirinya sendiri:

Dari 'Abdullah ibn Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: Apabila ada seseorang yang bermimpi pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam maka ia pun akan menceritakan mimpi itu kepada Rasulullah, hingga saya juga ingin sekali bermimpi dan menceritakannya kepada beliau. Ketika remaja, pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, saya pernah tertidur di masjid. Dalam tidur itu saya bermimpi bahwa ada dua malaikat yang menangkap saya dan membawa saya ke neraka yang tepinya berdinding seperti sumur dengan dua tali seperti tali sumur. Ternyata di dalam sumur tersebut ada beberapa orang yang saya kenal dan segera saya ucapkan: 'Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka.' Tak lama kemudian, kedua malaikat tersebut ditemui oleh satu malaikat lain dan ia berkata kepada saya: 'Kamu akan aman.' Lalu saya ceritakan mimpi saya itu kepada Hafshah radhiyallahu 'anha dan Hafshah menceritakannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Sebaik-baik orang adalah 'Abdullah ibn Umar
radhiyallahu 'anhuma, jika ia berkenan melaksanakan shalat di sebagian malam.' Salim radhiyallahu 'anhu berkata: 'Setelah itu 'Abdullah ibn Umar radhiyallahu 'anhuma tidak pernah tidur di malam hari kecuali sebentar.' (Muslim [4528]).

Berdasarkan hadits di atas kita dapat melihat betapa kedekatan 'Abdullah ibn Umar radhiyallahu 'anhuma dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga beliau dikaruniai Allah nikmat berupa mimpi yang semakin mendorongnya untuk lebih banyak lagi beribadah. Dalam hal ini ibadah shalat malam atau shalat Tahajjud. Beliau memang terkenal seorang 'abid, tetapi rupanya Allah Subhanahu wa Ta'ala menghendaki agar beliau menjadi seorang 'abid yang lebih baik lagi sehingga beliau didorong untuk membiasakan dirinya tidak melewati malam kecuali dengan menegakkan shalat Tahajjud. Beliau akhirnya menjadi seorang hamba Allah yang tidak tidur di malam hari kecuali sedikit saja. Sisanya beliau habiskan waktu malamnya untuk ber-khalwat (berdua-duaan) dengan Rabbnya.

Ilmu Ibn Umar radhiyallahu 'anhuma menjadi rujukan bagi 'Ulama-ulama pada masanya dan setelahnya. az-Zuhri rahimahullah tidak pernah meninggalkan pendapat Ibn Umar untuk beralih kepada pendapat orang lain.

Imam Malik dan az-Zuhri rahimahullah berkata: "Sungguh, tak ada satupun dari urusan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Sahabatnya yang tersembunyi bagi Ibn Umar."

Perawi Hadits

'Abdullah ibn Umar radhiyallahu 'anhuma adalah seorang perawi hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam paling banyak sesudah Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. Beliau meriwayatkan 2.630 hadits. Hal ini dikarenakan beliau selalu mengikuti kemana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pergi. Bahkan 'Aisyah radhiyallahu 'anha pernah memujinya dan berkata: "Tak seorang pun mengikuti jejak langkah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di tempat-tempat pemberhentiannya, seperti yang telah dilakukan Ibn Umar".

Beliau bersikap sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadits Nabi. Demikian pula dalam mengeluarkan fatwa, beliau senantiasa mengikuti tradisi dan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, karenanya beliau tidak mau melakukan ijtihad. Biasanya beliau memberi fatwa pada musim haji dan pada kesempatan lain.

'Abdullah ibn Umar radhiyallahu 'anhuma meriwayatkan hadits dari Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar ibn al-Khaththab, 'Utsman ibn Affan, 'Aisyah Ummul Mu'minin, saudari kandungnya Hafshah dan 'Abdullah ibn Mas'ud radhiyallahu 'anhuma. Yang meriwayatkan dari Ibn Umar banyak sekali, di antaranya Sa'id ibn al-Musayyab, al-Hasan al-Bashri, Ibn Syihab az-Zuhri, Ibn Sirin, Nafi', Mujahid, Thawus dan Ikrimah.

Sanad paling shahih yang bersumber dari Ibn Umar adalah yang disebut Silsilah adz-Dzahab (silsilah emas), yaitu Malik, dari Nafi', dari 'Abdullah ibn Umar. Sedang yang paling Dhaif, Muhammad ibn 'Abdullah ibn al-Qasim dari bapaknya, dari kakeknya, dari Ibn Umar.

Wafatnya

'Abdullah ibn Umar radhiyallahu 'anhuma hidup sampai 60 tahun setelah wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau kehilangan penglihatannya pada masa tuanya. Beliau wafat pada tahun 73 H pada usia 84 tahun, dan merupakan salah satu Sahabat paling akhir yang meninggal di Makkah. Ada yang mengatakan bahwa al-Hajjaj ibn Yusuf menyusupkan seorang ke rumahnya yang lalu membunuhnya. Dikatakan mula-mula diracun kemudian ditombak dan direjam. Pendapat lain mengatakan bahwa Ibn Umar meninggal secara wajar.

Abu Salamah ibn 'Abdurrahman mengatakan: "Ibn Umar meninggal dan keutamaannya sama seperti Umar. Umar hidup pada masa banyak orang yang sebanding dengan dia, sementara Ibn Umar hidup pada masa yang tidak ada seorang pun yang sebanding dengan dia."

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala meridhai 'Abdullah ibn Umar dan menempatkan beliau pada kedudukan yang tinggi di sisi Rabbnya. Amiin.



FeedCount

Cari artikel di blog ini

Loading

Ikuti via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Followers

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template